Website Baru Kami, Klik Gambar

Website Baru Kami, Klik Gambar
Kajian Ilmu Agama Islam

Renungan Untuk Warga Jakarta

Suatu hari seorang raja mengumpulkan seluruh rakyatnya. Kemudian ia sodorkan kepada mereka sebuah gelas yang terbuat dari berlian sembari berkata, "Bahkan jika kalian semua mengumpulkan harta untuk membeli gelas berlian ini, kalian tidak akan pernah bisa membelinya. Ini adalah benda termahal seantero negeri."
Semua menatap kagum. Betapa mahal dan indah gelas yang ada di hadapan mereka.
Sang raja melanjutkan, "Wahai rakyatku, siapa diantara kalian yang bersedia untuk memecahkan gelas ini?"
Terkaget-kaget mereka mendengarnya. "Duhai Baginda Raja, bagaimana mungkin kami tega memecahkan benda termahal seantero negeri?" Kata salah seorang dari menteri kerajaan. Yang lain menganguk setuju.
"Benar, wahai raja, bukankah itu pusaka negeri ini? Kami sekali-kali tak akan tega merusaknya." Sahut yang lainnya.
Suasana berubah gaduh, masing-masing berbisik kepada teman di sampingnya.
Tak berselang lama, seorang pemuda muncul dari kerumunan. Ia berjalan tenang, memberi hormat kepada raja, lantas tanpa berbicara apa-apa, ia langsung ayunkan kapak di genggamannya. Maka seketika gelas berlian itu pecah berkeping-keping.
Seketika itu pula orang-orang berteriak memaki-maki, mereka benar-benar marah. Hampir-hampir mereka akan mengeroyokinya jika saja raja tak segera menenangkan mereka.
"Wahai rakyatku, mari dengar dulu alasan kenapa pemuda ini berani memecahkan gelas berlian itu?" Ujar sang raja.
"Wahai rajaku," Kata si pemuda. "Gelas berlian ini memang sangat mahal dan sangat penting, tapi perintahmu untuk memecahkannya jauh lebih mahal dan lebih penting dari apapun."
Sang Raja tersenyum. Betapa bijaknya pemikiran si pemuda.
***
Sebentar lagi kita akan mengikuti pemilu gubernur DKI Jakarta, yang ingin saya katakan adalah...
Jikalaupun gubernur yang sekarang tidak korupsi, dermawan tiada terkira, banyak membawa perubahan. Saya tetap tidak akan memilihnya besok lusa. Kenapa? Karena boleh jadi dia itu memang penting bagi Jakarta tapi ketahuilah perintah Allah untuk tidak memilih pemimpin kafir jauh lebih penting.
Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?" (An-Nisa' 144)

Mari belajar dari si pemuda, belajar meletakkan perintah Allah diatas segala-galanya. Karena hanya dengan begitu kita akan tumbuh menjadi mukmin sejati. Sebarkan utk org dki yg mau berfikir & berpegang kepada AlQuran dan Hadis..!

Sumber : Brodcast dari WhatsApp

HADITS PERTAMA (Setiap Perbuatan Tergantung Niatnya)

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Terjemah Lengkap :
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radhiyallahu’anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan itu disertai oleh niatnya. Dan sesungguhnya (balasan) bagi setiap orang (sesuai dengan) yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhoan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (bernilai sebagai hijrah) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang ia niatkan.”
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
Penjelasan Hadits :
Para ulama mengatakan bahwa hadits ini merupakan penjelasan mengenai sesuatu yang dinilai sebagai separuh dari ibadah. Sebab, niat merupakan dasar penilaian amalan batin. Sedangkan hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisyah, “Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam urusan (ajaran agama) kami, yang bukan merupakan bagian darinya, maka ia tertolak,” dan dalam riwayat yang lain disebutkan, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan atas dasar ajaran dari kami maka amalan itu tertolak,” merupakan penjelasan mengenai separuh lain dari agama. Sebab, hadits riwayat Aisyah tersebut menjelaskan dasar penilaian seluruh amalan lahir.
Pelajaran yang Dapat Dipetik :
1.      Manusia akan mendapat pahala dan dosa tergantung dari niatnya. Sebab, Nabi bersabda, “Barangsiapa (berniat) hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya maka (nilai) hijrahnya adalah hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya.”
2.      Nilai setiap amal perbuatan itu sesuai dengan sarana yang dipergunakan untuk mencapainya. Boleh jadi ada sesuatu yang pada asalnya mubah, namun berubah menjadi ketaatan manakala seseorang meniatkannya sebagai bentuk kebaikan. Misalnya, seorang yang makan dan minum dengan niat agar bisa menjalani ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, Nabi bersabda, “Makanlah sahur karena terdapat berkah dalam makan sahur itu!”
3.      Rasulullah menjelaskan bahwa hijrah -yang merupakan sebuah bentuk amalan- bisa mendatangkan pahala bagi seseorang, namun juga bisa menghalanginya dari mendapatkan pahala. Orang yang berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya akan diberi pahala dan akan sampai pada tujuannya. Sedangkan orang yang berhijrah untuk mencari keduniaan atau demi seseorang wanita yang ingin dinikahinya maka dia tidak mendapatkan pahala hijrah.
Tahukah Anda :
Umar bin Khatab adalah khalifah pertama yang digelari Amirul Mukminin.
Abu Bakar, khalifah pertama bergelar khalifah, artinya pengganti. Gelar khalifah ini merupakan pemendekan dari khilafatu Rasulillah atau pengganti Rasulullah.
Pada awal pemerintahannya, Umar digelari khalifatu khalifati Rasulillah, atau pengganti penggantinya Rasulullah. Hingga pada suatu hari datang utusan dari daerah yang meminta izin untuk bertemu “Amirul Mukminin”. Sejak itu panggilan kehormatan untuk Umar bukan lagi khalifah, melainkan amirul mukminin.

Amirul Mukminin artinya “Pemimpin Orang-orang Beriman”.

Total Pengunjung

Powered by Blogger.

Pencarian