Website Baru Kami, Klik Gambar

Website Baru Kami, Klik Gambar
Kajian Ilmu Agama Islam

Menjaga Diri di Zaman Yang Penuh dengan Fitnah (bag.2)

Ayat yang agung ini tidak dimaksudkan untuk menafikan amar makruf nahi mungkar. Menyeru pada kebaikan dan melarang dari keburukan harus tetap ditegakkan selama kita masih berada dalam kondisi yan memungkinkan untuk melukannya. Abu Tsa'labah ra, salah seorang shahabat Nabi saw. ketika ditanya tentang ayat ini menjawab, "Demi Allah, kalian telah bertanya pada orang yang tepat. (Sesungguhnya) aku telah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai ayat ini, maka beliau menjawab,
'Sebaiknya kalian harus tetap menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran sampai kalian melihat (suatu zaman ketika) keserakahan ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia diutamakan, dan setiap orang bangga dengan pendapatnya. Pada saat itu, jagalah dirimu dan tinggalkanlah urusan orang banyak. Sesungguhnya akan datang masanya orang yang bersabar pada waktu itu bagaikan menggenggam bara api. Siapa yang tetap teguh pada amalnya (yang lurus) akan mendapatkan pahala seperti pahala lima puluh orang dari kalian'." (HR.Tirmidzi)

Demikianlah penafsiran surah al-Maidah ayat 105. Selama hati kaum mukminin masih bersatu, dan di antara mereka tidak saling mengancam, maka hendaknya masing-masing jiwa menegakkan amar makruf nahi mungkar seraya tetap menjaga diri dalam kebaikan. Akan tetapi, jika fitnah telah merajalela, hati manusia tak lagi menyimpan kepedulian maupun kasih sayang terhadap sesama, hawa nafsu dijadikan saka guru, dan masing-masing telah congkak dengan golongannya sendiri, maka tibalah saatnya setiap jiwa menjaga dirinya sendiri, dengan berpegang teguh pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana perintah Allah dalam ayat tersebut.

Hanya Allah-lah tempat kembali, dan Dia-lah yang akan memaparkan pada hari pembalasan segala apa yang dilakukan oleh manusia. Seluruh amal manusia akan dibalas sesuai kadarnya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menghilangkan atau melupakan sedikit pun setiap jengkal amal manusia.

Menjaga Diri di Zaman Yang Penuh dengan Fitnah (bag.1)

Allah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Al-Maidah: 105)

Ayat yang mulia ini memerintahkan Hamba-hamba Allah yang beriman agar menjaga diri dalam kebaikan. Jika manusia benar-benar menjaga amalnya untuk tidak melakukan keburukan, niscaya kejahatan orang lain tidak akan pernah membahayakan dirinya.

Abdullah bin Abbas ra, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa bila seorang hamba telah menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka tidak berbahaya baginya kesesatan orang yang sesat.

Sesungguhnya Allah akan membalasa tiap orang menurut perbuatannya sendiri, jika baik mendapat pahala dan jika jahat mendapat balasan yang setimpal. Allah berfirman:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Al-Baqarah: 286)

Allah memberikan petunjuk kepada kaum mukminin agar mengerjakan perbuatan yang mengandung maslahat bagi dirinya, dengan berpegang teguh kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Apabila kaum mukminin telah menjalankan petunjuk Allah dengan baik, maka berdasarkan ayat di atas (Al-Maidah: 105), Allah akan menjamin mereka dari kejahatan dan gangguan orang-orang yang sesat, yang membangkang lagi menolak nasihat agama. Kaum mukminin yang taat kepada Allah, sedikit pun tidak akan dibebani oleh dosa dari orang-orang yang telah menempuh jalan kesesatan. Dan kesesatan orang-orang yang sesat sedikit pun tidak akan memudaratkan orang-orang yang taat kepada-Nya.

Jangan Tertipu oleh Kemewahan Dunia

Rasulullah saw. bersabda,
"Dunia merupakan tempat tinggal bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan merupakan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal mengumpulkannya." (HR.Ahmad dari Aisyah ra.)

Kehidupan di dunia adalah kehidupan sementara yang tidaklah kekal, dan semua harta benda yang terdapat di dalamnya merupakan batu ujian bagi manusia. Orang yang berakal dan bijaksana tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhirnya, melainkan menjadikannya sebagai sarana untuk meraih pahala di akhirat yang kekal lagi abadi. Sebagaiamana Allah telah berfirman,
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Al-Ankabut: 64)

Ayat Kursi Penangkal Setan

Bagaimana pula tentang ayatul kursi ? Memang ada hadits yang
mengatakan bahwa barangsiapa yang membacanya akan dijauhkan Allah dari
segala godaan setan. Segala yang jahat-jahat akan lari daripadanya.
Sebab apa, seluruh isi ayat Kursi tersebut adalah justru berupa
kalimat Tauhid yang harus kita punyai dan miliki sebagai sikap rohani
kita. Ayat Kursi memberi tuntunan tentang keyakinan bahwa Allah itu
saja yang berkuasa, yang lain tidak. Yang lain dari pada Allah tidak
mempunyai daya kekuatan apapun. Maka kalau ayat Kursi sudah menjadi
sikap rohani kita tidak lagi setan akan masuk, sebagaimana telah
dijanjikan Allah, tatkala allah berdialog dengan setan. Setan minta
dispensasi agar dipanjangkan umur dan bertekad akan menggoda dan
mendatangi manusia, anak cucu Adam, dari mukanya, dari belakang, dari
samping dengan berbagai cara akan dijadikannya temannya dalam menghuni
neraka kelak.

Berkata setan,"Ya Tuhanku, berilah kesempatan padaku sampai hari
kebangkitan". Allah berkata: "Kamu diberi kesempatan sampai hari yang
telah ditentukan". Setan berkata: "Dengan kekuasaan-Mu akan
kuselewengkan mereka semua, kecuali hamba-hamba- Mu yang ikhlash." (QS
38:79,83)
Hamba-hamba yang ikhlash adalah yang men-Tauhidkan Allah SWT. Pemahan,
Penghayatan, dan sikap jiwa ini bertambah tebal dan mantap kalau kita
rajin membaca dan mengamalkan ayatul Kursi itu. Kita akan mendapatkan
ganjaran yang besar dan merasakan nikmat-Nya di dalam kehidupan dunia
ini yaitu tidak ada celah dan kesempatan bagi setan untuk
menggoda/menyesatkan hamba yang ikhlash. Inilah kelebihan ajaran
islam. Berlaku untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat serta
memberikan kepastian tentang kehidupan akhirat itu. Itulah ganjaran
kalau kita bersikap tauhid.
Sikap demikian itu kita realisasikan dalam kehidupan atau kita
terjemahkan di dalam perbuatan sehari-hari. Nikmatnya akan dapat kita
rasakan bukan saja di akhirat kelak tetapi pun semasa kita berada di
atas dunia ini. Sekali lagi karena sikap dan perbuatan kita berjiwakan
ikhlas kepada Allah. Pada dasarnya tauhid dan ikhlas itu adalah
identik. Tauhid adalah sikap rohani dan ikhlas adalah niat yang
dilahirkan dari sikap Tauhid itu sendiri di dalam beramal atau
berkarya.

Bahaya Sombong dan Dengki

Rasulullah saw. bersabda,
"Janganlah kalian sombong, karena sesungguhnya sifat sombonglah yang mendorong iblis tidak mau bersujud kepada Adam. Janganlah kalian berkeinginan yang menggebu-gebu, karena sesungguhnya keinginan yang menggebu-gebulah yang mendorong Adam untuk memakan buah terlarang. Dan janganlah kalian dengki, karena sesungguhnya kedua anak Adam (Qabil dan Habil) yang seorang di antaranya membunuh yang lainnya karena terdorong oleh rasa dengki. Sesungguhnya semua sifat yang telah disebutkan tadi merupakan pangkal setiap perbuatan dosa." (HR.Ibnu Asakir)

Sifat sombong iblis ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur'an:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan sombong dan ia adalah termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34)

Sifat menggebu-gebu (kemauan yang keras, atau dalam hadist ini juga bermakna yang banyak berangan-angan. Sifat ini ada pada Adam, sebagaimana disebut dalam al-Qur'an:
Kemudian setan membisikkin pikiran jahat kepadanya dengan berkata, "Hai Adam, maukah kutunjukkan kepada kamu pohon khuldi (pohon kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Thaha: 120)

Dengki, sifat inilah yang mendorong kedua anak Adam, salah satunya membunuh saudaranya. Sifat ini merupakan biang dari segala perbuatan dosa. Ketika Allah menerima kurban dari Habil, dan tidak menerima dari Qabil, lalu ia merasa dengki terhadapnya. Kemudian, timbullah dorongan untuk membunuh Habil. Kisah ini merupakan pembunuhan pertama yang dilakukan manusia, seperti disebut dalam al-Qur'an:
Maka hawa nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. (Al-Maidah: 30)

Orang yang Dikehendaki Baik atau Buruk oleh Allah

Rasulullah saw. bersabda,
"Apabila Allah telah menghendaki kebaikan terhadap seorang hamba, maka Dia menjadikan kekayaannya pada dirinya sendiri dan takwanya dalam hatinya. Dan apabila Allah telah menghendaki keburukan terhadap seorang hamba, maka Dia menjadikan kefakirannya di hadapan kedua matanya." (HR.Hakim)

Hadist ini berhubungan dengan hadist yang berbunyi, "Relalah engkau dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi orang paling kaya."
Dan dalam hadist ini disebutkan bahwa bilamana Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, niscaya Dia menjadikan kekayaannya pada dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, hamba tersebut diberiNya petunjuk dan taufik untuk bersyukur kepadaNya. Apabila ia menjadi orang yang bersyukur, berarti ia rela dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, dan jadilah ia orang yang kaya diri. Akan tetapi sebaliknya, apabila Allah menghendaki keburukan bagi seorang hambaNya, niscaya Dia menjadikannya orang yang tidak mau bersyukur kepadaNya. Sekalipun Allah telah memberinya rezeki yang banyak, ia tetap merasa tidak puas dengan apa yang telah ada padanya sehingga jadilah ia orang yang miskin diri dan tidak puas dengan apa yang telah diberikan kepadanya.
Apabila seseorang bersyukur kepada Allah, berarti di dalam hatinya telah tertanam rasa takwa kepada Allah karena kedua hal tersebut berkaitan erat sekali. Sehubungan dengan hal ini Allah telah berfirman:
"Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri (nikmat)-Nya." (Ali Imran: 123)

Selanjutnya

Sujud Sahwi (bersama Imam)

Adapun orang yang lupa di belakang imam dalam arti ia sebagai makmum, maka ia tidak wajib melakukan sujud sahwi menurut sebagian besar ulama. Terkecuali jika imamnya lupa, maka ia sujud bersamanya karena ia harus mengikuti imam, dan karena keterkaitan shalatnya dengan shalat imam.

Karena sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdullah bin Buhainah ra. ia berkata,
"Rasulullah saw. shalat bersama kami dua raka'at dari sebagian shalat -- dalam satu riwayat: beliau berdiri dari dua raka'at dalam shalat Dhuhur -- kemudian beliau berdiri tanpa duduk (tasyahhud awwal). Lalu orang-orang pun ikut berdiri bersama beliau. Ketika telah menyelesaikan shalatnya, dan kami menunggu bacaan salamnya, beliau bertakbir sebelum membaca salam, lalu sujud dua kali dalam keadaan beliau (tetap) duduk. Kemudian membaca salam." (Muttafaq 'alaih)

Sujud Sahwi

Barangsiapa lupa dalam shalatnya, kemudian menambah jumlah raka'at shalatnya, ia wajib sujud usai shalatnya kemudian salam. Begitu juga barangsiapa meninggalkan sunnah muakkadah dalam shalat, ia wajib sujud dua kali sebelum salam. Begitu juga, barangsiapa meninggalkan tasyahhud pertengahan dan tidak ingat padanya, atau ingat padanya setelah ia berdiri maka ia tidak usah kembali duduk lagi untuk melakukan tasyahhud, dan sebagai gantinya ia wajib sujud dua kali sebelum salam. Begitu juga orang yang salam padahal shalatnya belum tuntas, ia wajib kembali dalam posisi shalat kemudian menyempurnakan shalatnya, dan sujud dua kali setelah salam. Begitu juga bagi orang yang lupa berqunut pada shalat shubuh (bagi orang yang berpendapat berqunut), maka diganti dengan sujud dua kali sebelum shalat.

Dasar sujud sahwi ialah sabda, dan perbuatan Rasulullah saw. Beliau pernah salam setelah shalat dua raka'at, kemudian diberi tahu tentang hal tersebut. Beliau pun kembali ke posisis shalat, menyempurnakan shalatnya, dan sujud setelah salam. (HR.Tirmidzi)

Rasulullah saw. pernah berdiri dari raka'at kedua tanpa tasyahhud, kemudian beliau suju sebelum salam, dan bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian ragu-ragu di shalatnya, ia tidak tahu sudah shalat 3 raka'at atau 4 raka'at. Maka hendaklah ia membuang keraguannya dan hendaklah ia memilih apa yang ia yakini, kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ia shalat 5 raka'at, ia menggenapkan shalatnya. Jika ia shalat 4 raka'at, maka itu membuat marah syetan." (Muttafaq 'alaih)

Rasulullah pun bersabda,
"Apabila salah seorang dari kalian berdiri dari dua raka'at (tasyahhud awal) dan belum sempurna berdiri, maka duduklah. Dan apabila telah sempurna (tegak) berdiri maka jangan (kembali) duduk. Dan sujudlah dua kali sujud sahwi." (HR.Ibnu Majah & Abu Dawud)

Puasa di Bulan Rajab (bagian 2)

Menurut asy-Syaukani dalam Nailul Authar, Ungkapan Nabi: "Bulan Syaban adalah.." itu secara tersirat menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya. Sebagaimana keumuman sabda Nabi saw,
"Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa sepanjang masa." (Muttafaq 'alaih)

Disebutkan dalam kifayatul Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan-bulan haram.

Jadi, terkait hukum puasa dan ibadah pada bulan Rajab. Imam an-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasulullah saw. menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab. maka tak ada satu pun kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan Ibadah lainnya di bulan Rajab. (Syarh Nawawi 'ala Shohih Muslim)

Oleh karena itu, bagi anda yang ingin berpuasa pada bulan Rajab maka berpuasalah, jangan mendengar kata orang-orang yang tidak menyukainya, karena kelemahan mereka dalam memahami suatu ilmu. Wallahu 'alam

Puasa di Bulan Rajab (bagian 1)

Di dalam tradisi Islam itu dikenal istilah 'al-Asyhur hurum" atau bulan-bulan haram yang empat (Rajab, Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram), dimana bulan-bulan itu wajib atas setiap muslim untuk menghormatinya, hal ini sebagaimana firman Allah,
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.." (At-Taubah: 36)
Dan juga firmanNya,
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan Haram, yaitu berperang di dalamnya. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar."

Dan para ulama telah menetapkan bahwa salah satunya adalah bulan Rajab, yang mana kita akan segera menghadapinya.

Sebagaimana sudah kami jelaskan di awal, bahwa umat islam wajib menghormati bulan-bulan haram tersebut. Salah satunya adalah dengan melaksanakan puasa di bulan itu, karena sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ghazali: "Bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari yang utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari-hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab termasuk bulan-bulan utama (al-asyhur al-fadhilah).

Landasan hadistnya adalah sabda Rasulullah saw,
"Puasalah pada bulan-bulan haram." (HR.Abu Dawud, Ibnu Majah & Ahmad)
dan sabdanya,
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah bulan Allah Muharram (yang diharamkan)." (HR.Muslim)
hadist lainnya dari Usamah yang berkata pada Nabi Muhammad saw, "Wahai Rasulullah, aku tak melihat engkau berpuasa (sunnah) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan syaban." Rasulullah saw. bersabda,
"Bulan syaban adalah bulan di antara Rajab dan Ramadhan yan dilupakan oleh kebanyakan orang." (HR.An-Nasa'i & Abu Dawud)

Pandangan Islam Terhadap Keluarga Berencana (KB)

Sebenarnya selama ini ada suatu iklan dari pemerintahan kita yang amat sekali menggelitik, yaitu iklan tentang keluarga berencana (KB) yang menyatakan dua anak saja cukup.

Dan kami sekarang akan mencoba menjelaskan, sesuai kah hal ini dengan Ajaran Islam.
Rasulullah saw. bersabda,
"Nikahilah wanita yang penyayang dan banyak anak (subur), karena aku berbangga diri dengan kalian atas umat-umat lain pada hari kiamat." (HR.Ahmad, Abu Dawud & Ibnu Hibban)

Dan sabdanya juga,
"Nikahilah gadis-gadis, karena mereka lebih lembut mulutnya dan lebih banyak melahirkan serta lebih rela menerima (pemberian) yang sedikit." (HR.Thabrani)

Perhatikanlah dua hadist ini saudara-saudariku, bukankah kita di perintahkan menikahi wanita-wanita yang subur, agar umat islam berkembang dengan banyak.

Dan pasti orang-orang yang lemah imannya, mereka akan berpikir, kalau terlalu banyak anak akan membuat susah dan menyebabkan dunia menjadi penuh.

Terlalu banyak anak membuat susah, pernyataan ini dibantah oleh firman Allah,
"Dan tidak satu pun makhluk (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (Hud: 6)

Setelah kita dengar janji Allah di atas, apakah kita masih ragu-ragu sebagai orang beriman.

Sedangkan pernyataan kedua, bahwa bumi akan penuh, tidakkah anda lihat saat tsunami di aceh yang hanya sebentar akan tetapi dapat mengosongkan tempat di bumi ini, yaitu dengan meninggalnya 200.000 orang secara bersamaan. Maka begitulah cara Allah untuk mengatur jumlah manusia di muka bumi ini.

Jadi, kesimpulannya janganlah takut memiliki anak, jika memungkinkan maka perbanyaklah. Janganlah kita mendengar perkataan orang-orang yang bodoh yaitu orang Islam yang lemah imannya.

Anjuran Setelah Makan Menjilati Jari-jarinya

Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Apabila salah seorang di antara kamu selesai makan, maka janganlah membersihkan jari-jarinya sebelum menjilatinya sendiri atau orang lain menjilatinya." (Muttafaq 'Alaih)

Dalam hadist ini kita dianjurkan menjilati jari-jari atau sendok sebelum dilap atau dicuci serta larangan membiarkan sisa makanan menempel padanya.
Kenapa begitu?? Mungkin orang-orang yang tidak beriman dan tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Rasulullah saw. akan mengatakan bahwa 'islam agama yang jorok' karena sehabis makan disuruh menjilat-jilati jarinya.
Tapi tahukah anda? bahwa para dokter di dunia ini telah mengeluarkan suatu hasil dari penelitian yang mereka lakukan, bahwa seseorang yang makan dengan tangan dan menjilati jarinya setelah makan, akan membantu proses pembusukkan makanan di dalam perut, sehingga makanan tidak mengendap, dan menyebabkan penyakit di dalam tubuh.

Dan makna hadist yang kedua, adalah diperbolehkannya menjilati jari-jari orang lain yang memiliki hubungan saling mencintai dan percaya dengan harapan mendapat berkah dari orang yang dijilati jari-jariny serta tidak menjijikan, seperti anak dan orang-orang yang dicintai. Sebagaimana Nabi saw. pernah mengunyahkan makanan, kemudian makanan yang telah dikunyah itu diberikan kepada anak kecil.

Agama Islam Itu Mudah

Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tiada seseorang pun yang mencoba-coba untuk memperketatkannya melainkan agama pasti dapat mengalahkannya. Maka luruskanlah diri kalian, dekatkanlah diri kalian, dan bergembiralah serta mintalah pertolongan dengan mengerjakan (shalat sunnah) di pagi hari dan sore hari serta sedikit waktu di akhir malam." (HR.Bukhari)

Sesungguhnya agama islam ini mudah karena tiada sekali-kali Allah menghendaki kesukaran dalam urusan agama kalian, melainkan kemudahan belaka. Barangsiapa yang mencoba-coba untuk memperketat (mempersulit) dirinya dengan peraturan agama, niscaya agama akan mengalahkannya. Atau dengan kata lain, niscaya ia tidak akan mampu mengerjakannya, mengingat hal tersebut maka luruskanlah diri kalian kepada Allah, bergembiralah kalian dengan pahala yang akan kalian terima di sisi-Nya. Dan mintalah pertolongan kepada Allah dalam menjalankan agama melalui shalat sunnah di pagi hari (shalat sunnah fajar), sore hari (shalat qabliyah ashar), dan sedikit waktu di akhir malam (shalat lail/tahajjud).

Sunnah Allah, Sunnah Rasulullah dan Sunnah Para Wali Allah menurut Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abi Thalib ra. berkata,
"Barangsiapa tidak ada padanya Sunnah Allah, Sunnah Rasulullah dan Sunnah Wali-wali Allah, maka tidaklah memiliki sesuatu yang berarti." Lalu ditanyakan kepadanya, "Apa Sunnah Allah itu?" Ali menjawab, "Menyimpan Rahasia." Ditanyakan lagi, "Apa sunnah Rasulullah?" beliau menjawab, "Berbuat ramah terhadap sesama manusia." Dan ditanyakan lagi, "Apa sunnah wali-wali Allah?" beliau pun menjwab, "Memikul beban (kesulitan) manusia."

Rahasia ialah segala sesuatu yang harus disembunyikan, supaya orang lain tidak mengetahui. Menyembunyikan rahasia orang lain adalah wajib.

Sedangkan maksud sikap ramah di sini adalah bermakna luas, yaitu maksudnya hendaklah berbuat baik kepada sesama manusia. Hal ini sebagaimana di isyaratkan oleh sabda Rasulullah saw,
"Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya engkau disayangi siapa yang ada dilangit." (HR.Thabrani & Hakim)
dan juga sabdanya,
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu, hingga salah seorang dari kalian tidak sombong terhadap yang lain." (HR.Abu Daud & Ibnu Majah)

Sedangkan memikul beban disini adalah maksudnya membantu seseorang dikala ia kesulitan, Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa meringankan orang mukmin dari salah satu kesempitan dunia maka Allah meringankannya dari salah satu kesempitan Hari Kiamat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim maka Allah akan menutupi aibnya. Dan barangsiapa menghilangkan kesempitan dari orang mukmin maka Allah menghilangkan kesempitan darinya." (HR.Thabrani)

Selanjutnya

Kebaikan itu Banyak

Rasulullah saw. bersabda,
"Kebaikan itu banyak, tetapi yang melakukannya sedikit." (HR.Al-Khathib dari Ibnu Umar ra.)

Amal kebaikan itu banyak ragam dan jenisnya, tetapi orang-orang yang mengerjakanya sedikit karena amal baik itu berat dirasakan oleh jiwa manusia kecuali hanya orang-orang yang mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah. Semua amal kebaikan sama perumpamaannya dengan jamu yang pahit rasanya, tetapi jamu itu besar manfaatnya.

Menurut ungkapan Al-Qur'an hal ini diumpamakan dengan al-'Aqabah yang artinya jalan mendaki lagi sulit ditempuh. Allah telah berfirman,
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebaikan dan kejahatan). Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar?. Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?. (Yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang." (Al-Balad: 10-17)

Hikmah Bismillah

Kemudian mulailah segela pekerjaan dan aktivitas yang baik itu dengan
ucapan: Bismillahirrahmanirrahim dengan demikian pula pekerjaan itu
akan dinilai Allah sebagai ibadah, yang tidak akan sia-sia tetapi
justru mendapat ganjaran/pahala di dunia dan di akhirat. Rasulullah
sendiri menegaskan, Segala perkara akan menjadi sia-sia apabila tidak
dimulai dengan nama Allah. Allah sendiri sudah memberikan wewenang
kepada manusia untuk memanfaatkan segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini.

"Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi
seluruhnya untuk melayani kamu." (QS 45:13).
Maka sewajarnya dalam
pelaksanaan wewenang itu kita niatkan bahwa semuanya itu adalah atas
nama Allah yang memberikan wewenang itu, yakni wewenamg sebagai
khalifah di muka bumi. Sikap mental demikian haruslah kita tanamkan ke
dalam hati kita agar menjadi manusia yang benar-benar bertauhid.

Bantahan Terhadap Orang Yang Mengatakan Allah Mempunyai Tangan, Wajah dan bersemayam di atas Arasy

Banyak sekali orang-orang yang ada di zaman kita ini, memiliki pemahaman yang sangat menyimpang, terutama sekali pemahaman keberadaan tentang Allah.
Mereka mengatakan bahwa Allah itu bersemayam (tinggal) di atas arasy, Dia memiliki tangan dan wajah.
'Naudzu billahi min dzalik'.

Ini semua adalah pemahaman yang sesat, karena bersemayam, di langit, dan tangan. Itu semuanya adalah ada pada makhluk, dan mustahil yang ada pada makhluk adalah ada pada Allah.
Allah berfirman, "Tiada sesuatu pun yang serupa denganNya." (Asy-Syura': 11)

Mereka semua pasti membantah, dengan memberikan dalil-dalil berikut ini (yang diterjemahkan menurut pemahaman mereka):
Firman Allah,
"Allah yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arasy." (Thaha: 5)
Dan firman Allah,
"Apakah yang menghalangimu untuk sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua TanganKu." (Shad: 75)
Dan firmanNya,
"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali WajahNya." (Al-Qashash: 88)

Kita lihat betapa bodohnya kelompok mereka ini, mereka memahami ayat secara tekstual saja, mereka mengatakan bahwa Allah bersemayam, punya tangan, dan punya wajah.
Sekarang coba anda renungkan jika Allah seperti yang mereka katakan. Allah punya tangan dan wajah? Bukanlah semua makhluk itu juga sebagian besar memiliki tangan dan wajah, kalau begitu berarti kita telah menyerupakan Allah dengan makhlukNya. Dan itu adalah mustahil, karena "Tiada sesuatu pun yang serupa denganNya." (Asy-Syura': 11)

Sedangkan menurut kaum Ahlussunnah wal jama'ah, maksud dari ayat yang mengatakan TanganNya adalah kekuasaanNya, wajahNya adalah DzatNya, dan istiwa (bersemayam) adalah Dia menguasai arasy.

Lima Kelompok Manusia Penghuni Surga

Umar bin Khattab ra. berkata,
"Kalau saja tidak khawatir dianggap mengetahui hal gaib, sungguh aku bersaksi bahwa ada lima kelompok manusia, mereka semua adalah penghuni surga. Orang miskin yang menanggung beban keluarganya, istri yang mendapatkan ridho suaminya, wanita yang menyedekahkan maharnya kepada suaminya, orang yang mendapat ridho kedua orang tuanya, dan orang yang bertaubat dari dosanya."

Tentang kemiskinan adalah penghuni surga, Nabi saw. bersabda,
"Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." (Muttafaq 'alaih)

Mengenai istri yang mendapatkan ridho suaminya, sebagaimana Nabi saw. bersabda,
"Wanita manapun yang meninggal dunia, dan suaminya ridho kepadanya, dia masuk surga." (HR.Tirmidzi)

Tentang taubat dari dosa, Nabi saw. bersabda,
"Orang yang bertaubat dari dosa, seperti orang yang tidak berdosa." (HR.Baihaqi)

Nabi saw. juga bersabda,
"Setiap anak cucu Adam itu pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang membuat kesalahan adalah yang senantiasa bertobat (dari kesalahannya)." (HR.Ahmad)

Nabi saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba yang beriman yang terjerumus dosa, tetapi ia bertaubat." (HR.Ahmad)

Bencana Lidah Kedelapan (bag.2)

Dalil yang menguatkan hal itu, yaitu saat Nabi saw. ditanya tentang ghibah. Maka beliau bersabda, "Kamu menyebut-menyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak dia sukai."
Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana pendapat engkau jika pada dirinya itu memang ada yang seperti aku katakan ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Jika pada saudaramu itu ada yang seperti kamu katakan, berarti kamu telah mengghibahnya, dan jika pada dirinya tidak ada seperti yang kamu katakan, berarti engkau telah memfitnahnya." (HR.Muslim)

Apa pun yang dimaksudkan untuk mencela, maka itu termasuk dalam ghibah, entah dengan perkataan atau lainnya, seperti kerdipan mata, isyarat atau pun tulisan.

Ketahuilah, bahwa orang yang mendengarkan ghibah, maka dia juga mendapat dosa seperti orang yang mengghibah. Kecuali dia mengingkarinya dengan lidahnya, atau minimal hatinya. Jika memungkinan memotong ghibah itu dengan mengalihkannya ke pembicaraan lain, maka hendaklah dia melakukannya.
Nabi saw. bersabda,
"Barangsiapa ada orang mukmin yang dihinakan di sisinya dan dia sanggup membelanya namun tidak melakukannya, maka Allah akan menghinakannya di hadapan para makhluknya." (HR.Ahmad)

Beliau juga bersabda,
"Barangsiapa membela seorang muslim dari orang munafik yang menggunjingnya, maka Allah mengutus seorang malaikat yang menjaga dagingnya dari sengatan neraka Jahannam pada hari kiamat." (HR.Abu Dawud & Ahmad)

Bencana Lidah Kedelapan (bag.1)

Ghibah (menggunjing). Al-Qur'an telah menyebut larangan ghibah ini dan menyerupakan pelakunya dengan pemakan bangkai. Dalam hadist disebutkan,
"Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian adalah haram atas diri kalian." (Muttafaq 'alaih)

Rasulullah saw. bersabda,
"Wahai sekalian orang yang beriman dengan lidahnya sedangkan iman itu belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim dan janganlah mencari-cari aib mereka karena siapa yang mencari-cari aib saudaranya, niscaya Allah akan mencari-cari aib dirinya, niscaya Dia akan membuka kejelekannya sekalipun dia bersembunyi di dalam rumahnya." (HR.Abu Dawud & Tirmidzi)

Dalam hadist lain disebutkan,
"Jauhilah ghibah, karena ghibah itu lebih keras daripada zina. Sesungguhnya seseorang telah berzina dan minum (khamr), kemudian bertaubat dan Allah pun mengampuni dosanya. Sedangkan orang yang melakukan ghibah tidak akan diampuni Allah, hingga orang dighibahkan mengampuninya."

Ali bin Al-Husain ra. berkata, "Jauhilah ghibah, karena ghibah itu merupakan santapan manusia anjing."

Makna ghibah di sini ialah, engkau menyebut-nyebut orang lain yang tidak ada di sisimu dengan suatu perkataan yang membuatnya tidak suka jika mendengarnya, baik menyangkut kekurangan pada badannya, seperti penglihatannya yang kabur, buta sebelah matanya, kepalanya yang botak, badannya yang tinggi, badannya yang pendek dan lain-lainnya, atau yang menyangkut nasabnya, pekerjaannya, penampilannya, dan yang semacam itu.

Memperat Tali Persaudaraan Sesama Mukmin

Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (Al-Hujarat: 10)

Allah menegaskan bahwa seluruh kaum Mukminin adalah bersaudara, baik yang saling berdekatan maupun berjauhan tempatnya. Dan sesungguhnya persaudaraan manusia karena keimanan, lebih kuat dari persaudaraan jenis apa pun, termasuk persaudaan karena senasab. Karena di dalam islam, persaudaan senasab dapat terputus bila terjadi perbedaan akidah, yaitu jika salah satu di antaranya mukmin dan lainnya kafir.
Selain penjelasan ayat di atas, masalah ini juga di jelaskan dalam sunnah, Rasulullah saw. bersabda,
"Seorang muslim merupakan saudara muslim lainnya. Janganlah menganiayanya, membiarkan saudaranya celaka, menjual kehormatannya, atau mendirikan bangunan yang menghalangi jalan angin kecuali atas izinnya dan janganlah menyakiti hatinya karena kerendahan derajatnya." (HR.Tsa'labi)

Juga sabda Beliau saw,
"Seorang mukmin bagi sesama mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan antara sebagian terhadap sebagian lainnya." (Muttafaq 'alaih)

Kekayaan, kemiskinan, atau perbedaan status tidak akan mengurangi ikatan persaudaraan di antara kaum Mukminin.

Dalam ayat ini, Allah juga memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman untuk mendamaikan segala jenis perselisihan yang terjadi di kalangan kaum mukminin, dengan cara menegakkan keadilan dengan jalan mencegah kezaliman dan membela orang yan dizalimi.
Nabi saw. bersabda,
"Tolonglah saudaramu baik yang berbuat zalim maupun yang dizalimi. Apabila dia zalim, cegahlah dia dari perbuatannya dan bila dia dizalimi maka tolonglah dia (dari perbuatan zalim)." (HR.Bukhari)

Utamakan Kepentingan Akhirat dari Dunia

Allah berfirman,
"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami Tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat." (Asy-Syura: 20)

Di dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan kepada kita bahwa seorang yang beramal atau melakukan pekerjaan yang hanya di tujukan untuk kepentingan dunia, maka Allah akan memberikan dunianya tapi dengan jumlah yang sedikit.
Berbeda dengan seseorang yang beramal, yang amal perbuatannya itu ditujukan untuk urusan akhirat. Maka, Allah akan memberikan kepadanya suatu kebaikan yang berlipat ganda, berupa kebaikan dunia dan akhirat.

Mengapa demikian? Itu tak lain dan tak bukan adalah karena nilai akhirat itu lebih tinggi daripada dunia.
Rasulullah saw. bersabda,
"Perbandingan dunia dengan akhirat, seperti seseorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut, lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya." (HR.Muslim)

Dan Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa yang mencintai dunianya, maka kecintaannya itu akan membahayakan akhiratnya. Dan barangsiapa yang mencintai akhiratnya, maka kecintaannya itu akan membahayakan dunianya. Utamakan yang kekal ketimbang yang sementara (punah)." (HR.Ahmad)

Di dalam hadist tersebut, diumpakan orang yang memilih dunia adalah seperti orang yang mencelupkan jarinya ke dalam air, kemudian ia angkat. Apakah yang ia dapat? hanya basah di jarinya, yang akan lekas mengering. Begitu juga orang yang lebih memilih dunia, dia lebih memilih yang fana dari yang kekal.

Islam dan Patriotisme

1. Patriotisme dalam arti khusus ialah faham kecintaan terhadap patria
(tanah air) sendiri. Patriotisme dalam arti luas adalah faham
kecintaan kepada negara, negeri dan nasional sendiri. Patriotisme
dalam arti demikian tidak bertentangan dengan islam.

2. Bagaimana pandangan islam terhadap nasionalisme ?
Nasionalisme (faham kebangsaan) sebagai asas pergerakan/perjuangan
pada umumnya sering di tandai dengan sekularisme, aktif dan agresif
memalingkan muka dari agama dan wahyu dalam kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan. Di sini nasionalisme bertentangan dengan islam.

3. Negara dan negeri adalah anugrah nikmat dari Allah SWT. Setiap
nikmat harus disyukuri. Syukur artinya menggunakan nikmat tertentu
sesuai dengan fungsinya seperti yang dikehendaki oleh sipemberinya.

Mensyukuri nikmat negara dan negeri adalah:
- menjaga, memelihara dan membela negeri dan negara, terhadap
penjajahan bangsa lain, terhadap penjajah bangsa sendiri, terhadap
penjajah umat lain

- menggunakan negara dan negeri ini sesuai dengan kehendak Allah SWT
yang telah berkenan memberikannya.

4. Hidup dan mati umat islam semata-mata bagi Allah SWT. Hidup dan
mati selain kepada Allah, adalah syirik. Oleh karena itu termasuk
syirik pula untuk berkata dan bertindak: Hidupku dan matiku hanya
untuk negara, negeri dan nasionku. Bagi umat islam, hidup dan mati
adalah semata-mata bagi Allah yang telah menganugerahkan negara dan
negeri ini pada kita.

Pacaran Islami? Adakah?? (bag.2)

Sekarang perhatikan lagi kedua hadist tersebut, sekarang dapatkan seseorang mengetahui kekayaan, kedudukan, dan agamanya, hanya dengan melihat dengan mata. Tentu, hal-hal seperti itu haruslah diketahui dengan cara mengenalnya.

Akan tetapi, perlu ditegaskan sekali lagi disini yang dimaksud mengenal bukan seperti pacaran yang zaman sekarang ini. Dia mengenal untuk menikahinya, bukan hanya untuk bermain-main dengannya.
Dan juga janganlah yang namanya tahap mengenal itu terlalu lama, karena agar tidak menimbulkan fitnah, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita." (Muttafaq 'alaih)

Jadi, para pemuda-pemudi sekalian jauhilah yang namanya pacaran seperti sekarang ini, karena itu bukanlah ajaran Islam.
Dan janganlah kamu mengenal seorang wanita, hanya untuk bermain-main dengannya. Apalagi bermaksiat bersamanya.
Tapi jika kamu memang benar mencintainya maka nikahilah, karena dengan begitu maka cinta itu adalah karena Allah, karena pernikahan itu adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Allah,
"Maka nikahilah orang-orang yang sendirian di antara kalian, dan orang-orang yang layak (nikah) dari budak-budak laki-laki kalian dan budak-budak wanita kalian." (An-Nur: 32)

Dan menikah juga adalah sunnah Nabi saw.,
"Hai para pemuda, barangsiapa di antara kalian sanggup menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menahan pandangan dan lebih menjaga kemaluan." (Muttafaq 'alaih)

Pacaran Islami? Adakah?? (bag.1)

Pacaran Islami sesungguhnya tidak ada, apalagi yang dimaksud mereka dengan pacaran islami adalah pacaran yang sehat dan yang tidak bermaksiat (katanya).
Akan tetapi mereka berjalan berduaan (lelaki & perempuan) dengan tanpa disertai mahramnya. Hal ini adalah sesuatu yang dilarang, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Janganlah laki-laki berduaan dengan perempuan (lain) kecuali perempuan itu didampingi mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan perjalanan (musafir) kecuali didampingi mahramnya. (HR.Muslim)
"Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah syetan." (HR.Abu Dawud)

Perhatikanlah kedua hadist ini, sesungguhnya pacaran yang Islami yang dimaksud orang-orang sekarang tidaklah ada, saudara-saudariku.

Akan tetapi dibalik itu semua Islam mengajarkan Tahap perkenalan laki-laki dan wanita sebelum menikah (mungkin ini yang lebih baik disebut pacaran islami), hal ini perlu dilakukan karena dengan seorang mengenal pasangnya terlebih dahulu, itu akan menjadi jalan bertemunya hati dengan hati dan bersatunya jiwa dengan jiwa.
Karena diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata,
"Aku berada di sisi Nabi saw, lalu datanglah seorang laki-laki kepada beliau seraya memberitahukan bahwa dia hendak menikah dengan seorang wanita Anshar. Lalu Rasulullah saw bertanya, 'Apakah engkau sudah melihatnya?' Dia menjawab, 'Belum.' Beliau bersabda, 'Pergilah dan lihatlah dia, karena pada mata orang-orang Anshar terdapat sesuatu.'" (HR.Muslim)

Jika ada yang bilang hadist ini kan hanya untuk melihat bukan untuk mengenal, maka kalau begitu bagaimanakah dengan sabda Rasulullah saw. ini,
"Wanita dinikahi karena empat faktor, karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah hidupmu." (HR.Muslim)

Bukti Cinta kepada Allah, Mengikuti Rasulullah (2)

Allah menyuruh kita mengikuti Rasulullah saw. adalah karena Dia mencintai beliau, sebagaimana beliau bersabda,
"Aku kecintaan (kesayangan) Allah dan aku tidak sombong." (HR.Tirmidzi)

Dan juga karena Allah hanyalah mencintai orang-orang yang beriman, dan mengikuti atau mencintai Rasulullah adalah suatu keimanan, Nabi saw. bersabda,
"Tiada beriman seseorang hingga aku lebih dicintai dari ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia." (HR.Bukhari)

Setelah itu Dia berfirman: "Dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Maksudnya, dengan mengikutinya kalian kepada Rasulullah saw. maka kalian akan memperoleh hal tersebut (pengampunan dosa) berkat keberkahan perantaraNya (RasulNya).

Selanjutnya Allah berfirman memerintahkan kepada setiap individu: "Katakanlah: 'Taatilah Allah dan RasulNya, jika kamu berpaling.'" Yakni melanggar perintahNya, "Maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir." Hal ini menunjukkan bahwa menyalahi Allah dalam menempuh jalanNya merupakan perbuatan kufur, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berperilaku seperti itu, meskipun ia mengaku mencintai Allah dan mendekat diri kepadaNya, sampai dia benar-benar mengikuti Rasulullah saw, Nabi yang ummi, penutup para Rasul yang diutus kepada segenap bangsa jin dan manusia.

Bukti Cinta kepada Allah, Mengikuti Rasulullah (1)

Allah berfirman,
"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: 'Taatilah Allah dan RasulNya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Al-Imran: 31-32)

Ayat ini sebagai pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah tetapi tidak menempuh jalan Muhammad, Rasulullah saw, bahwa dia adalah pembohong dalam pengakuan cintanya itu sehingga dia mengikuti syariat dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. dalam semua ucapan dan perbuatannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadist shahih, dari Rasulullah saw. beliau bersabda,
"Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak."

Dan juga Rasulullah saw. menjelaskan seseorang yang tidak termasuk orang-orang yang mencintainya, yaitu beliau bersabda,
"Barangsiapa yang benci dengan sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku." (HR.Syaikhan)

Oleh karena itu, Allah berfirman: "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu." Maksudnya, kalian akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari kecintaan kalian kepadaNya, yaitu kecintaanNya kepada kalian, dan ini lebih besar daripada kecintaan kalian kepadaNya. Seperti yang diungkapkan sebagian ulama ahli hikmah: "Yang jadi permasalahan bukanlah jika engkau mencintai, tapi permasalahannya ialah jika engkau dicintai."

Karena, jika Allah telah mencintai hambaNya, Allah pasti akan memberikan kebaikan kepada hamba itu.

Sedangkan al-Hasan al-Bashri dan beberapa ulama salaf berkata: "Ada suatu kaum yang mengaku mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka mereka melalui ayat ini, di mana Dia berfirman: 'Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu.'"

Pacaran dalam Pandangan Islam

Di antara para pembaca semua, ketika disebut kata 'pacaran' pasti kita dapat sudah memahaminya.
Tapi tahukah anda bahwa istilah 'pacaran' itu, tidak pernah dikenal dalam sejarah umat islam, dan oleh karena itu tak heran-lah kita tak ada satu pun ulama-ulama terdahulu yang membahas masalah ini.
Sebelum kita membahas lebih jauh, kita harus memahai kaidah syariah 'Segala sesuatu pada asalnya ada mubah kecuali ada nash yang menghalalkan atau mengharamnya'.
Sekarang kita lihat apakah yang dimaksud pacaran pada zaman kita ini, laki-laki dan perempuan bukan mahram berdua-duaan, pegang-pegangan, bahkan tak jarang hingga menjerumus hingga ke perbuatan zina, baik zina mata, tangan, maupun kemaluan.
Kalau ini semua yang dimaksud adalah haram, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia tidak berdua-duaan dengan wanita, tidak ada di antara laki-laki dan wanita tersebut seorang mahram pun." (HR.Thabrani)
Dan sabdanya,
"Sungguh kepala salah seorang di antara kalian ditusuk dengan jarum-jarum besi lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal (baginya)." (HR.Thabrani & Baihaqi)
Dan sabdanya,
"Tidaklah waktu subuh menjelang, melainkan dua malaikat menyeru, 'Celakalah kaum laki-laki karena wanita dan celakalah kaum wanita karena laki-laki." (HR.Ibnu Majah)

dan masih banyak lagi yang serupa dengan ini.
Jadi, dengan ini jelaslah bawa pacaran itu adalah bukan Islam, bahkan perbuatan pacaran itu adalah hal yang dilarang oleh Islam.
Jika ada yang bilang pacaran kan juga ada yang islami, islami apanya, perbuatannya kah? atau hanya namanya saja?
Penjelasan ini akan dibahas lebih luas dalam 'Pacaran yang Islami'. Insya Allah.

III. Pengangkatan Sebagai Rasul [3]

Umayyah bin Khalaf melemparkan budaknya yang bernama Bilal ke sebuah tempat yang sangat panas di Mekkah. Kemudian dia memerintahkannya agar kafir dan ingkar terhadap apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Namun, siksaan itu tidak menambah sikap Bilal kecuali terus mengatakan, "Ahad...(Esa)...Ahad (Esa)." Sedangkan, Abu Jahal menyiksa Ammar dan kedua orang tuanya dengan siksaan yang sangat pedih hingga akhirnya dia membunuh Sumayyah, ibu Ammar. Maka, jadilah dia wanita yang syahid pertama kali di dalam Islam.
Sementara itu, Rasulullah terus mengatakan kepada mereka, "Sabarlah kalian wahai keluarga Yasir karena tempat kalian adalah surga." Abu Bakar terus membeli budak-budak yang disiksa itu dan kemudian memerdekakannya. Dia memerdekan Bilal, Amir bin Fuhairah, Zanirah, dan yang lainnya.

b. Dakwah dengan Terang-terangan dan Terbuka
Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syura: 214)

Maka, Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang-orang Makkah. Beliau bersabda, "Bagaimana pendapat kalian jika aku kabarkan pada kalian bahwa di lembah sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian mempercayai apa yang aku ucapkan?" Mereka menjawab, "Ya, kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta." Maka, Rasulullah bersabda, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih."
Lalu, Rasulullah mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Maka, berkatalah pamannya sendiri yang bernama Abu Lahab, "Celaka engkau wahai Muhammad, apakah hanya untuk urusan ini mengumpulkan kami?" Allah menurunkan firman-Nya,
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa." (Al-Lahab: 1)

Setelah itu dia mulai berdakwah kepada kerabat-kerabatnya dan keluarga dekatnya. Allah berfirman,
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan apa-apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (Al-Hijr: 94)

22

Klik Lagi Yang Anda Inginkan

III. Pengangkatan Sebagai Rasul [2]

B. MACAM-MACAM WAHYU DAN RISALAH YANG BERSIFAT GRADUAL
Wahyu yang datang kepada Rasulullah ada beberapa bentuk. Misalnya, wahyu itu berbentuk mimpi; disampaikan dengan cara yang keras; melalui Jibril dalam bentuk manusia lalu berkomunikasi dengannya; datang kepada beliau seperti bunyi lonceng (ini merupakan wahyu yang paling berat); Jibril datang dalam bentuknya yang asli (ini terjadi sebanyak dua kali), dan wahyu yang Allah turunkan kepada beliau di langit pada malam Mi'raj.
Risalah melalui proses bertahap. Pertama kali Allah mengajarkan padanya "Iqra" kemudian mengutusnya dengan,
"Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan!" (al-Muddatstsir: 1-2)

Allah memerintahkan untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya, kemudian kaumnya. Lalu, kepada bangsa Arab dan semua manusia di muka bumi.

C. MARHALAH (PERIODE) DAKWAH
1. Dakwah di Mekkah
a. Periode Dakwah dengan Cara Rahasia dan Sembunyi-sembunyi

Orang pertama yang beriman kepadanya dari kalangan dewasa adalah sahabatnya sendiri yang bernama Abu Bakar, dari kalangan wanita adalah istrinya sendiri Khadijah binti Khuwailid, dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, sedangkan dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah. Periode ini berlangsung selama tiga tahun.
Rasulullah bersama kaum mukminin berkumpul di rumah Arqam bin Abi al-Arqam untuk mengajarkan urusan agama mereka. Sejak saat itu orang Quraisy telah menyatakan permusuhan kepadanya. Namun, Allah melindungi beliau dengan adanya pamannya Abu Thalib. Sahabat-sahabatnya yang memiliki kerabat dan jaminan, maka mereka mendapatkan perlindungan. Sedangkan yang lain, mereka selalu mendapatkan ancaman dan siksaan.

Bencana Lidah Keenam & Ketujuh

- Bencana Keenam

Mengejek dan mengolok-olok. Maksud mengejek di sini ialah menghina dan mengolok-olok, menyebut aib dan kekurangan seseorang agar ditertawai. Hal ini bisa dilakukan dengan menuturkannya lewat kata-kata atau menggambarkannya lewat perbuatan atau cukup dengan isyarat dan kerdipan mata. Semua ini dilarang dalam syariat, dan larangan ini telah disebutkan di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

- Bencana Ketujuh

Membocorkan rahasia, melanggar janji, berdusta dalam perkataan dan sumpah. Semua ini dilarang, kecuali yang memang ada keringanan untuk berdusta, seperti dusta di hadapan istri untuk menyenangkannya dan untuk siasat perang.

Jelasnya, setiap tujuan yang terpuji, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan cara berdusta, maka dusta ini diperbolehkan kalau memang tujuan itu mubah, dan jika tujuan itu wajib, cara itu pun juga wajib. Namun begitu, sedapat mungkin dusta ini harus dihindari.

Jika ada orang yang mencari-cari An-Nakha'i, maka An-Nakha'i berpesan kepada pembantunya, "Cari dia di masjid."

Adab dan Amal Yang Utama Pada Hari Jum'at (2)

6. Memutus pembicaraan, dan berhenti main-main dengan apapun (seperti memainkan handphone) ketika imam telah berkhutbah, Rasulullah saw. bersabda,
"Jika engkau berkata kepada temanmu ketika imam sedang berkhutbah, 'Diamlah,' maka engkau telah berbuat sia-sia." (HR.Muslim)
Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa menyentuh pasir, ia telah berbuat sia-sia, ia tidak mempunyai pahala shalat Jum'atnya." (HR.Muslim)

7. Hukumnya makruh melangkahi orang-orang yang duduk dan memisahkan mereka, Rasulullah saw. pernah bersabda kepada orang yang melangkahi manusia,
"Duduklah, sungguh engkau telah menyakiti." (HR.Abu Daud)
Rasulullah saw. bersabda,
"Dan tidak boleh memisahkan dua orang." (HR.Bukhari)

8. Diharamkan menjalankan aktifitas jual-beli setelah adzan shalat Jum'at, karena Allah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli." (Al-Jumu'ah: 9)

9. Disunnahkan banyak membaca al-Qur'an di malam dan siang hari Jum'at, Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at, maka cahaya meneranginya di antara dua Jum'at." (HR.Hakim)

10. Memperbanyak shalawat dan salam kepada Nabi, Rasulullah saw. bersabda,
"Perbanyaklah shalawat terhadapku pada hari Jum'at dan malamnya, karena barangsiap berbuat itu, aku menjadi saksi dan pemberi syafaat baginya pada hari kiamat." (HR.Baihaqi)

11. Memperbanyak doa pada hari Jum'at, karena di hari Jum'at terdapat waktu dikabulkannya doa dan barangsiapa berdoa pada waktu tersebut, doanya dikabulkan dan Allah memberikan apa yang dimintanya. Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu dan tidaklah seorang muslim meminta kebaikan kepada Allah pada saat tersebut melainkan Allah memberi apa yang dimintanya." (HR.Muslim)

Adab dan Amal Yang Utama Pada Hari Jum'at (1)

1. Mandi dari apa saja yang mengenai badannya, Rasulullah bersabda,
"Mandi pada hari Jum'at adalah kewajiban bagi setiap orang yang pernah bermimpi (baligh)." (Muttafaq 'alaih)

2. Mengenakan pakaian yang bersih, dan menggunakan parfum, Rasulullah saw. bersabda,
"Setiap orang Muslim wajib mandi pada hari Jum'at, mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya, dan jika ia mempunyai parfum maka ia menggunakannya." (HR.Ahmad)

3. Berangkat shalat Jum'at secara dini dalam arti segera pergi sebelum waktunya, Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa mandi pada hari Jum'at seperti mandi junub, kemudian berangkat pada jam pertama, ia seperti berkurban dengan unta. Barangsiapa berangkat pada jam kedua, ia seperti berkurban dengan sapi. Barangsiapa berangkat pada jam ketiga, ia seperti berkurban dengan kambing. Barangsiapa berangkat pada jam keempat, ia seperti berkurban dengan ayam betina. Dan barangsiapa berangkat pada jam kelima, ia seperti berkuran dengan telur. Jika imam telah keluar (maksudnya naik ke atas mimbar), maka para malaikat datang untuk mendengarkan dzikir." (HR.Malik)

4. Shalat sunnah empat raka'at atau lebih ketika masuk masjid, Rasulullah saw. bersabda,
"Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum'at, bersuci dengan bersuci yang dapat ia lakukan, menggunakan minyak, atau menggunakan parfum, kemudian berangkat ke masjid tanpa memisahkan di antara dua orang, mengerjakan shalat yang diwajibkan kepadanya, dan diam ketika imam bicara, melainkan dosa-dosanya antara hari Jum'at dengan hari Jum'at berikutnya diampuni selagi ia tidak mengerjakan dosa-dosa besar." (HR.Bukhari)

5. Jika seseorang masuk masjid, sedang imam sedang berkhutbah, ia shalat tahiyatul masjid dua raka'at ringan, Rasulullah saw. bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian masuk masjid sedang imam sedang berkhutbah, hendaklah ia shalat dua raka'at dan hendaklah ia meringankannya." (HR.Abu Daud)

Keutamaan Hari Jum'at

Rasulullah saw. bersabda,
"Pemimpin hari-hari di sisi Allah adalah hari Jum'at. Ia lebih agung daripada hari raya Adha dan Fithri. Di dalamnya terdapat keistimewaan, Allah menciptakan Adam pada hari itu menurunkannya dari surga ke bumi pada hari itu. Adam wafat pada hari itu dan di dalamnya terdapat suatu saat apabila hamba meminta sesuatu kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya selama ia tidak meminta suatu dosa atau pemutusan hubungan kekeluargaan. Dan pada hari itu terjadi kiamat. Setiap malaikat muqarrab, langit, bumi, angin dan batu merasa takut kepada hari Jum'at." (HR.Bukhari)

Hari Jum'at adalah hari yang lebih utama dibandingkan hari-hari lain. Karena pada hari itu banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang penting.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Hari yang terbaik di saat matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itulah Nabi Adam diciptakan. Pada hari itulah dia dimasukkan ke surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan dari surga." (HR.Muslim)

Kita juga dianjurkan memperbanyak shalawat kepada Nabi saw. pada hari Jum'at agar pahalanya berlipat ganda, karena nilai amal shalih akan bertambah jika bertepatan dengan waktu atau tempat yang mulia.
Dari Aus bin Aus ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari Jum'at, maka perbanyaklah membaca shalawat untukku pada hari itu, karena shalawatmu pasti disampaikan kepadaku." (HR.Abu Daud)

Pada hari itu banyak orang yang akan dibebaskan dari neraka.
Berkata Imam al-Ghazali: "Disebutkan dalam khabar bahwa Allah membebaskan 600.000 orang dari api neraka pada setiap hari Jum'at."

Al-Fatihah Itu Dibagi Untuk Allah dan HambaNya

Allah berfirman,
"Aku telah membagi shalat menjadi dua bagian antara diriKu dengan hambaKu, dan bagi hambaKu apa yang ia minta. 'Jika ia mengucapkan: (Alhamdulillahi rabbil 'alamin), maka Allah berfirman: 'HambaKu telah memujiKu.' Dan jika ia mengucapkan: (Ar-Rahmanir Rahim), maka Allah berfirman: 'HambaKu telah menyanjungKu.' Jika ia mengucapkan: (Maliki yaumiddin), maka Allah berfirman: 'HambaKu telah memuliakanKu.' Dan Jika ia mengucapkan: (Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin), maka Allah berfirman: 'Inilah bagian diriKu dan hambaKu, dan untuk hambaKu apa yang ia minta.' Dan jika ia mengucapkan: (Ihdinash shiraathol mustaqiim, shirotholladziina an'amta 'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladh dhooo-lliin), maka Allah berfirman: 'Ini untuk hambaKu dan bagi hambaKu pula apa yang ia minta." (HR.An-Nasa'i)

Siksaan Di Dalam Kubur Bagi Orang Yang Menunda-menunda Shalat

dikisahkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin bahwasanya,
Ada seorang penduduk Madinah yang mempunyai saudari di ujung kota. Pada suatu saat saudarinya sakit dan ia datang menjenguk saudarinya itu.
Setelah sampai di sana saudarinya itu meninggal dan ia mengurusnya dan ikut menguburnya. Sesudah selesai menguburkannya, ia pulang ke rumahnya, lalu ia teringat bahwa kantongnya jatuh sewaktu mengubur saudarinya itu.
Ia lalu minta tolong seorang temannya untuk menggali kubur itu lagi dan ia pun menemukan kantong yang tertinggal itu.
Ia berkata pada temannya: "Pergilah kamu, karena aku ingin melihat apa yang sedang terjadi pada diri saudariku". Kemudian ia mengangkat tutup liang lahat itu dan tiba-tiba terlihat bahwa kubur itu menyalakan api. Ia lalu meratakan kubur kembali dan cepat-cepat pulang, menemui ibunya seraya berkata: "Beritahukanlah kepadaku apa yang biasa dilakukan oleh saudariku.
Ibunya menjawab: "Kenapa kamu menanyakan tentang saudarimu itu, sedangkan ia sudah meninggal dunia?"
Ia berkata lagi: "Tolong bu, beritahukanlah kepadaku."
Ibunya berkata: "Saudarimu itu suka mengakhirkan shalat dan tidak mengerjakan shalat suci dengan sempurna. Ia suka datang ke rumah-rumah tetangga dengan menceritakan kepada mereka apa yang ia dengar dengan maksud mengadu domba."

Itulah yang menyebabkan siksaa kubur. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin selamat dari siksaan kubur, maka ia harus menjauhkan diri dari adu domba dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya, agar bisa selamat dari siksaannya dan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir.

Hal-hal Yang Diperbolehkan dalam Shalat

Orang yang shalat diperbolehkan mengerjakan hal-hal berikut:
1. Bergerak sederhana seperti membetulkan pakaian, karena Rasulullah saw. pernah melakukannya

2. Berdehem ketika dibutuhkan

3. Membetulkan orang yang
berada di shaf dengan menariknya ke shaf depan, atau mendorongnya ke shaf belakang, atau memutarkan makmum dari sebelah kiri ke kanan, sebagaimana Rasulullah saw. memutar Ibnu Abbas dari sebelah kirinya ke sebelah kanannya ketika Ibnu Abbas ikut shalat malam di samping beliau. (HR.Bukhari)

4. Menguap, dan meletakkan tangan di mulut.

5. Membaca tasbih untuk imam jika ia lupa, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiap terjadi sesuatu dalam shalatnya, hendaklah ia berkata 'Subhanallah'." (Muttafaq 'alaih)

6. Menghalangi orang-orang yang berjalan di depannya, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian mengerjakan shalat dengan menghadap sesuatu yang bisa menghalanginya dari manusia, lalu seseorang ingin lewat di depannya maka hendaklah ia mencegahnya, dan jika dia (tidak bisa dicegah) maka perangilah dia, karena dia itu syetan." (Muttafaq 'alaih)

7. Membunuh ular, dan kalajengking yang menyerangnya ketika shalat, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Bunuhlah dua makhluk hitam dalam shalat, yaitu ular dan kalajengking." (HR.Tirmidzi)

8. Menggaruk badan dengan tangan, karena ini termasuk gerakan sederhana yang ditolerir.

9. Memberi isyarat dengan telapak tangan terhadap orang yang memberi ucapan salam, karena Rasulullah saw. melakukannya. (HR.Tirmidzi)

Bencana Lidah Kelima

Bencana Kelima

Bencana. Adapun bercanda yang ringan-ringan diperbolehkan dan tidak dilarang selagi benar dan jujur. Sesungguhnya Rasulullah juga suka bercanda dan tidak mengatakan kecuali yang benar. Beliau pernah bersabda kepada seorang laki-laki, "Wahai orang yang berkuping dua." Beliau juga pernah bersabda kepada seorang wanita tua yang meminta agar beliau mendoakan dirinya masuk surga, "Sesungguhnya tidak ada yang masuk surga dalam keadaan tua renta." Kemudian beliau membaca ayat,
"Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya." (Al-Waqi'ah: 36-37)

Dalam canda Rasulullah saw. ini telah disepakati tiga hal:
a. Tidak berbicara kecuali yang benar
b. Sering dilakukan terhadap wanita dan anak-anak serta orang laki-laki lemah yang membutuhkan bimbingan
c. Dilakukan jarang-jarang. Jadi tidak boleh terus-menerus bercanda. Tentu saja ada perbedaan antara canda yang jarang-jarang dengan terus-menerus. Jika ada seseorang yang siang dan malam selalu bercanda, lalu dia berhujjah dengan apa yang dilakukan Nabi saw, yang berdiri bersama Aisyah dan membiarkannya menonton permainan orang-orang Habasyah, berarti dia telah melakukan kesalahan, karena beliau melakukan yang demikian itu sesekali saja. Terus-menerus bercanda adalah dilarang. Sebab canda bisa mengurangi karisma seseorang dan bahkan bisa memancing kedengkian.

Katakanlah 'Insya Allah' Apabila Akan Melakukan Suatu Perbuatan

Allah Berfirman,
"Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, 'Aku pasti melakukan itu besok pagi,' kecuali (dengan mengatakan), 'Insya Allah.' Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, 'Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.'" (Al-Kahf: 23-24)

Ibnu Abbas menerangkan, "Kedua ayat ini diturunkan berkenaan dengan jawaban tergesa Rasulullah ketika orang-orang Quraisy datang dan bertanya kepada beliau tentang kisah para pemuda zaman dahulu yang tertidur di dalam gua 'Ashbabul Kahfi'." (HR.Ibnu Ishaq)

Ayat ini mengajarkan kita suatu adab yang amat mulia, yang mana kita dilarang untuk mengatakan akan melakukan suatu hal di waktu yang akan datang dengan pasti, melainkan kita harus mengatakan 'Insya Allah' (Jika Allah Menghendaki), karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi dengan kita, mungkin esok hari, nanti malam, tatkala pagi, atau sedetik lagi kita akan mati, dan kita juga tidak tahu apakah kita mampu melakukan hal yang direncanakan itu, karena Allah berfirman,
"Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Al-Insan: 30)

Allah itu Qadiran, Muridan, 'Aliman, Hayyan, Sami'an, Bashiran, Mutakalliman

- Kaunuhu Qadiran
Allah bersifat dengan Kaunuhu Qadiran artinya Dia tetap selalu dalam keadaan berkuasa, mustahil Dia dalam keadaan lemah.
Oleh karena Allah mempunyai sifat Qudrat, maka Dia tetap selalu dalam keadaan berkuasa, tak pernah berhenti sekejap mata pula.

- Kaunuhu Muridan
Allah bersifat Kaunuhu Muridan artinya Dia tetap selalu dalam keadaan menghendaki, mustahil Dia dalam keadaan tidak menghendaki.
Ole karena Allah mempunyai sifat Iradah, maka Dia tetap selalu dalam keadaan menghendaki.

- Kaunuhu 'Aliman
Allah bersifat Kaunuhu 'Aliman artinya Dia tetap selalu dalam keadaan mengetahui, mustahil Dia dalam keadaan tidak mengetahui.
Oleh karena Allah mempunyai sifat Ilmu, maka Dia tetap selalu dalam keadaan berilmu.

- Kaunuhu Hayyan
Allah bersifat Kaunuhu Hayyan artinya Dia tetap selalu dalam keadaan hidup, mustahil Dia dalam keadaan mati.
Oleh karena Allah mempunyai sifat Hayat, maka Dia selalu dalam keadaan hidup.

- Kaunuhu Sami'an
Allah bersifat Kaunuhu Sami'an artinya Dia tetap selalu dalam keadaan mendengar, mustahil Dia dalam keadaan tuli.
Oleh karena Allah mempunya sifat sama', maka Dia selalu dalam keadaan mendengar.

- Kaunuhu Bashiran
Allah bersifat Kaunuhu Bashiran artinya Dia tetap selalu dalam keadaan melihat, mustahil Dia dalam keadaan buta.
Karena Dia mempunyai sifat Bashar, maka Dia selalu dalam keadaan melihat.

- Kaunuhu Mutakalliman
Allah bersifat Kaunuhu Mutakalliman artinya Dia tetap selalu dalam keadaan berkata, mustahil Dia dalam keadaan bisu.
Oleh karena Dia mempunya sifat Kalam, maka Dia tetap selalu dalam keadaan berkata.

Inilah yang dinamakan kaum Ahlussunnah wal Jama'ah dengan sifat Allah yang dua puluh yang wajib diketahui dan diyakini seyakin-yakinnya oleh setiap orang muslim yang berakal.

III. Pengangkatan Sebagai Rasul [1]

A. PERMULAAN WAHYU
Aisyah berkata, "Wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah adalah mimpi yang baik dan benar dalam tidur. Beliau tidak bermimpi melainkan datang seperti sinar pagi (subuh). Setelah itu beliau suka menyendiri. Kemudian beliau menyendiri di gua Hira', di sanalah beliau menyepi. Jibril mendanginya saat beliau sedang menyendiri di gua Hira' itu. Kemudian berkata, 'Bacalah!!' Maka, beliau menjawab, 'Saya tidak bisa membaca!' Kemudian Jibril mengulangiya dan dia mengatakan pada ketiga kalinya,
'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah.' (al-'Alaq: 1-3)

Kemudian Rasulullah pulang menemui Khadijah dengan cepat sedang hatinya tergoncang. Beliau berkata, 'Selimutilah aku, selimutilah aku!' Khadijah menenangkan Rasulullah dan menegaskan bahwa Tuhan tidak akan menghinakannya karena beliau memiliki akhlak yang mulia.
Kemudian dia membawa Nabi pergi kepada sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah sendiri adalah seorang pemeluk Nasrani pada masa Jahiliyah. Lalu, keduanya mengabarkan apa yang terjadi. Maka, Waraqah pun berkata, 'Itu adalah malaikat yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Andaikata aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu!' Itu terjadi pada tanggal 13 Ramadhan.
Kemudian wahyu terputus selama empat puluh hari. Maka, Rasulullah sedih atas kejadian ini. Maka, Jibril datang kembali kepadanya dan duduk di atas kursi di antara langit dan bumi dalam rupanya yang asli. Kemudian beliau kembali datang menemui Khadijah dengan berkata, "Selimutilah Aku, selimutilah aku!" Maka, Allah menurunkan wahyuNya,
"Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan." (al-Muddatstsir: 1-2)

Setelah itu wahyu turun secara berangsur-angsur.

Dosa, Ilmu, Ikhlas, Syukur, Ridha & Kematian (Menurut Al-Hasan Al-Bashri)

Al-Hasan Al-Bashri rah. berkata,
"Sesungguhnya kerusakan hati itu disebabkan oleh enam hal:
1. Mereka sengaja berbuat dosa dengan harapan dapat bertaubat
2. Mereka menuntut ilmu, tetapi tidak mengamalkannya
3. Mereka beramal, tetapi tidak ikhlas
4. Mereka memakan rizki dari Allah, tetapi tidak bersyukur
5. Mereka tidak ridha (rela) dengan pembagian dari Allah
6. Mereka menguburkan orang yang meninggal, tetapi tidak mengambil pelajaran padanya."
(Nashoihul Ibad)

Ilmu yang tidak diikuti dengan pengamalan itu tidaklah berguna, karena buah ilmu itu adalah pengamalannya.

Beramal tanpa keikhlasan adalah suatu kebohongan, karena kejujuran itu pangkalnya suatu amal, sedangkan ikhlas merupakan cabangnya.

Mengenai syukur terhadap rizki yang dianugerahkan Allah, maksud syukur di sini ialah memperlakukan seluruh anggota tubuhnya pada jalan keridhoan Allah dan membelanjakan hartanya pada jalan itu pula.

Dalam hubungannya dengan sikap ridha (rela) dalam menerima bagian dari Allah, Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata, "Relakanlah dirimu dalam menerima sesuatu yang sedikit, dan kuatlah tekad dalam sikap itu, maka kamu akan ingat dengan sesuatu yang lebih indah dan berharga, dengan yang sedikit itulah kamu akan memperoleh ketentraman dan keabadian, dan dengannya pula kamu dapat menjaganya tanpa susah payah, baik di dunia maupun di akhirat; dari situlah kamu akan memperoleh tingkatan yang dapat diresapi oleh matahati dan lebih menentramkan jiwa."

Allah Lebih Berhak Memberi Kemudahan Di Saat Kesulitan

Rasulullah saw. bersabda,
"Allah mendatangkan salah seorang hambaNya pada hari Kiamat. Dia bertanya: 'Apa yang telah engkau kerjakan di dunia untukKu?' Ia menjawab: 'Aku tidak mengerjakan sesuatu apa pun untukMu, wahai Tuhanku, meski hanya sebesar biji atom pun di dunia, yang dengannya aku berharap kepadaMu.' Dia ucapkan hal itu tiga kali. Dan pada kalimat terakhirnya hamba itu pun berucap: 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah memberikan kepadaku kelebihan harta, dan aku adalah seorang yang berdagang bersama dengan orang-orang. Di antara tabiatku adalah mempermudah urusan. Maka aku berikan kemudahan kepada orang yang mampu dan memberi tangguh kepada orang yang dalam kesulitan.' Setelah itu Allah berfirman: 'Aku lebih berhak memberikan kemudahan itu, masuklah kamu ke dalam Surga.'" (Muttafaq 'alaih)

Di dalam hadist tersebut kita bisa lihat bahwasanya Allah tidak ingin hambaNya lebih pengasih dariNya, karena Dia-lah Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Dan oleh karena itu, Allah langsung memasukkan orang itu ke surga tanpa ditanya dan diperhitungan, karena Dia ingin menunjukkan bahwa Dia lebih pantas memberi kemudahan, terutama di hari kiamat ketika semua manusia merasa kesulitan dengan perhitungan dan hiruk pikuknya hari kiamat.

II. Perkembangan yang Mulia [5]

F. PEMBANGUNAN KA'BAH
Tatkala dia berusia tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy memperbaiki bangunan Ka'bah karena di sana-sini telah terjadi kerusakan. Pembangunan Ka'bah itu dibagikan kepada kabilah-kabilah. Mereka terus membangun hingga akhirnya sampai ke tempat Hajar Aswad. Saat itulah terjadilah cekcok dan sengketa di antara mereka. Setiap kabilah menginginkan agar kabilah mereka yang mengangkat Hajar Aswad itu ke tempatnya.
Kemudian mereka sepakat untuk mengangkat seorang hakim yang bisa menjadi penengah di antara mereka. Orang yang akan mereka jadikan sebagai penengah adalah orang pertama yang memasuki masjid. Ternyata orang pertama yang memasuki Masjidil Haram adalah Rasulullah. Maka, Rasulullah memerintahkan pada semua kabilah untuk mendatangkan sepucuk selendang dan setiap kabilah diperintahkan untuk mengangkat kain yang berisi Hajar Aswad itu ke tempatnya semula. Tatkala Hajar Aswad itu sampai ke tempatnya, maka Rasulullah mengambil dan meletakkannya di tempatnya semula dengan tangannya yang mulia. Lalu, beliau membangun di atas tempat itu. Rasulullah ikut memindahkan batu bersama-sama dengan mereka.

G. AGAMA PENDUDUK MAKKAH
Penduduk Makkah menyembah berhala. Hampir seluruh penduduk Jazirah Arab menyembah berhala itu. Sedangkan, orang yang pertama kali memasukkan agama berhala ke Makkah adalah 'Amr bin Luhay al-Khuza'i tatkala Bani Khuza'ah berkuasa di Makkah. Berhala itu dia bawa dari Syam yang kemudian disembah oleh penduduk Makkah dan disembah oleh semua penduduk Arab. Maka, tidak ada yang tersisa dari Agama Nabi Ibrahim kecuali hanya mengagungkan Baitullah.

II. Perkembangan yang Mulia [4]

C. PERDAGANGAN DAN PERNIKAHAN
Tatkala Rasulullah berumur dua puluh lima tahun, beliau berangkat ke Syam untuk melakukan perdagangan milik Khadijah. Sekembalinya dari Syam, Khadijah memintanya untuk menikahinya tatkala dia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Rasulullah adalah seorang laki-laki yang memiliki sifat ksatria, jujur, dan amanah.
Maka, Rasulullah menikahi Khadijah. Khadijah adalah istri pertama Rasulullah dan ibu dari anak-anaknya (yaitu al-Qasim, Ath-Thayyib, Ath-Thahir, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah. Dan Anak beliau yang terakhir adalah Ibrahim, ibunya Mariyah). Selain itu, Khadijah juga seorang wanita pertama yang masuk Islam. Rasulullah tidak pernah menikah dengan seorang wanita manapun selama hidup Khadijah. Khadijah memiliki keutamaan-keutamaan yang sangat banyak. Di antaranya ia mendapatkan salam dari Allah sebagaimana sabda Rasulullah, "Jibril menyuruh Rasulullah untuk menyampaikan salam dari Tuhannya dan memberinya kabar gembira dengan satu rumah di surga yang terbuat dari kayu."

D. PENYENDIRIANNYA DI GUA HIRA
Allah menjadikan Rasulullah senang menyendiri dan tidak suka terhadap berhala-berhala yang dipuja-puja kaumnya. Maka, beliau pun menyendiri di Gua Hira' untuk melakukan ibadah dan memikirkan tentang pencipta semesta. Allah mempertumbuhkan Rasulullah dengan perkembangan yang baik. Dengan demikian, beliau menjadi sosok yang memiliki akhlak terbaik di tengah kaumnya. Sehingga, beliau mendapat gelar sebagai ash-Shadiq al-Amien 'Yang Jujur dan Amanah'.

E. PERILAKU DAN AKHLAKNYA
Rasulullah dikenal memiliki perilaku dan akhlak yang baik dalam semua fase perjalanan hidupnya. Dia adalah sosok yan senantiasa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, menjauhi minuman keras, dan tidak pernah duduk di tempat-tempat yang penuh dengan kesia-siaan. Aisyah berkata, "Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an."

II. Perkembangan yang Mulia [3]

Tatkala umurnya telah mencapai delapan belas tahun, bersama pamannya beliau keluar ke Syam untuk melakukan bisnis. Saat itulah beliau dilihat oleh pendeta Bahira. Pendeta itu memerintahkan kepada pamannnya agar tidak membawanya ke Syam karena khawatir pada kejahatan yang akan dilakukan oleh orang-orang Yahudi atasnya. Karena mengira bahwa keponakannya akan membuat perkara yang besar, maka Abu Thalib membawanya pulang serta semakin ketat menjaganya. Lalu, Rasulullah melanjutkan pekerjaannya sebagai penggembala kambing.

B. MASA REMAJA
Rasulullah ikut serta bersama dengan penduduk Makkah dalam beberapa perkara-perkara penting berikut ini.

1. Perang Fijar
Terjadi peperangan antara Quraisy dan Qais pada bulan-bulan Haram. Rasulullah ikut serta dalam peperangan itu pada saat umurnya baru dua puluh tahun.

2. Kesepakatan al-Fudhul
Orang-orang Quraisy melakukan kesepakatan bahwa tidak didapatkan seorang pun yang dizalimi di Makkah kecuali mereka akan menolongnya. Dia juga ikut ambil bagian dalam kesepakatan itu.

II. Perkembangan yang Mulia [2]

Dimana Allah berfirman,
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu." (Adh-Dhuha: 6)

Rasulullah juga pernah bersabda mengenai dirinya sendiri, "Tuhanku telah mendidikku dengan pendidikan yang baik."

3. Di Bawah Pemeliharaan Kakeknya
Abdul Mutthalib adalah salah seorang pembesar Quraisy. Dialah yang merenovasi sumur Zamzam. Pekerjaan ini mendapat persaingan keras dari kalangan Quraisy, namun dia mampu mengunggulinya. Dia bernazar jika Allah memberinya anak sepuluh hingga mereka mencapai akil baligh, maka dia akan menyembelihnya salah satu di antara mereka untuk Allah.
Tatkala hal itu terjadi, maka jatuhlah pilihan pada anaknya yang bernama Abdullah (ayah Rasulullah). Kemudian dia menginginkan untuk melaksanakan nazarnya. Namun, orang-orang Quraisy mencegahnya dan mereka mengumpulkan unta sebagai pengganti Abdullah. Unta yang dikumpulkan mencapai 100 unta. Rasulullah mengatakan mengenai dirinya, "Sesungguhnya saya adalah anak dua orang yang akan menjadi sembelihan agung (yakni Ismail dan Abdullah)."
Kakeknya memelihara Muhammad saw. hingga dia mencapai umur delapan tahun. Di saat itulah kakeknya meninggal dunia. Sepeninggal kakeknya, paman Abu Thalib memeliharanya.

4. Di Bawah Pemeliharaan Pamannya
Abu Thalib memeliharanya sejak umur Rasulullah delapan tahun hingga tahun kesepuluh kenabian. Pamannya adalah orang yang tidak memiliki harta yang banyak, tapi banyak anaknya. Maka, Rasulullah bekerja sebagai penggembala kambing untuk membantu meringankan beban pamannya. Dalam sebuah hadist riwayat Ahmad bin Hanbal disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidaklah Allah mengutus seorang Rasul kecuali dia pasti akan menjadi seorang penggembala kambing." Maka, para sahabat bertanya, "Engkau juga wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ya, saya menggembalakannya dengan mendapatkan upah dari penduduk Makkah."

II. Perkembangan Yang Mulia [1]

A. MASA KANAK-KANAK

1. Nasab Keturunannya

Dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik ibnul-Nadhr bin Kinanah, salah seorang anak Nazar bin Ma'ad bin Adnan. Mereka adalah anak cucu Nabi Ismail bin Ibrahim as.
Neneknya Rasulullah dari Abdullah (ayahnya) ialah Fathimah binti Amr bin Aidz bin Imran bin Makhzum bin Yaqadhah bin Murrah (bertemu nasabnya di Murrah).
Ibu Rasulullah adalah Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah (bertemu nasabnya di Kilab bin Murrah).
Neneknya Rasulullah dari Aminah (ibunya) adalah Barrah binti Abdul Uzza bin Utsman bin Abduddaar bin Qushay bin Kilab bin Murrah (bertemu nasabnya di Qushay bin Kilab bin Murrah).
Jadi, kita bisa lihat bahwa Nasab Rasulullah sangat amat mulia dan terjaga.

2. Kelahirannya
Dia dilahirkan di Makkah pada tahun gajah sekitar tahun 570 M/52 SH. Tahun ini bersamaan dengan usaha Abrahah, penguasa Yaman, untuk menghancurkan Ka'bah. Namun, Allah membinasakan dia dan pasukannya dengan burung ababil yang melempari mereka dengan batu-batu sijjil. Kisah ini disebutkan dalam surah Al-Fil.
Pada saat ayahnya meninggal beliau masih berupa janin yang belum lahir ke dunia. Setelah lahir, kakeknya Abdul Mutthalib memberinya nama Muhammad. Halimah Sa'diyyah membawanya ke perkampungan Bani Sa'ad dan dia menyusuinya. Kemudian ibunya meninggal sebelum beliau genap berusia enam tahun.
Allah berkehendak untuk mendidik Muhammad dalam didikanNya langsung. Juga mencabutnya dari akar keluarganya agar beliau berada di bawah pengawasanNya langsung sebagai pembukaan untuk sebuah keluarga besar di mana Muhammad yang akan menjadi pemimpinnya. Al-Qur'an menyinggung hal ini dalam sebuah ibarat yang sangat indah.

Empat Keutamaan yang Sesungguhnya Suatu Kewajiban

Utsman bin Affan ra. berkata,
"Empat hal yang kelihatannya hanyalah keutamaan, dan yang tak terlihatnya adalah kewajiban,
1. Bergaul akrab dengan orang-orang yang shalih itu keutamaan, sedangkan mengikuti jejak mereka adalah kewajiban;
[Yaitu seperti mereka para ulama pewaris para nabi, yang jika kita berkumpul dengannya akan mendatangkan ketenangan jiwa dan batin. Yang mana kita juga diwajibkan menuntut ilmu pada mereka]
2. Membaca Al-Qur'an itu keutamaan, sedangkan melaksanakan isinya adalah kewajiban;
[Al-Qur'an itu adalah pedoman bagi seluruh umat manusia, di dalamnya terdapat perintah-perintah dari Allah, seperti perintah shalat puasa, shalat, dll. Oleh karena itu melaksanakan isinya adalah suatu kewajiban.]
3. Ziarah kubur itu keutamaan, sedangkan mempersiapkan diri menujunya adalah kewajiban;
[Rasulullah saw bersabda, "Ziarahilah kuburan, niscaya engkau akan ingat akhirat.." (HR.Hakim)]
4. Menjenguk orang sakit itu keutamaan, sedangkan berwasiat di waktu sakit adalah kewajiban;
[Nabi saw. bersabda, "Tidak benar (haq) bagi seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang ia wasiatkan, ia bermalam dua malam, kecuali wasiatnya sudah dituliskan di sampingnya." (Muttafaq 'alaih)
Jadi, maksudnya adalah ketika seorang sakit ia diwajibkan membuat wasiatnya, jika ia memang memiliki sesuatu yang dapat diwasiatkan.]

I. Pendahuluan [2]

4. Allah mengutusnya di saat terjadi kesenjangan kenabian (fatrah) para rasul dengan tujuan agar jiwa manusia siap menerima kedatangannya. Allah berfirman,
"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul." (Al-Maidah: 19)
5. Allah telah mengabarkan tentang akan diutusnya Muhammad di dalam Kitab-kitab Samawi sebelumnya.
6. Allah memilihnya dari sebuah bangsa yang lebih dekat kepada pedusunan yang belum dirusak oleh pola dan budaya kota dan peradaban yang ada.
7. Allah mengutusnya dari sebuah bangsa yang ummi (yang tidak bisa baca tulis) yang tidak mengerti tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.
8. Allah menjadikan seluruh perjalanan hidupnya diketahui dengan jelas dan lengkap serta terperinci dengan tujuan agar perilakunya bisa dijadikan sebagai suri teladan.
9. Perjalanan hidupnya mencakup semua sisi dan dimensi kehidupan.
10. Perjalanan hidupnya bisa diamalkan dan realistis, yang bisa dilakukan oleh setiap orang kapan saja dan di mana saja.

I. Pendahuluan

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab: 21)

Pada masa Fatrah (yakni antara diangkatnya Isa ke langit hingga diangkatnya Rasulullah sebagai Rasul) telah terjadi satu kerusakan moral yang demikian parah di tengah-tengah manusia. Di tengah-tengah kerusakan moral manusia itulah risalah Muhammad saw. datang. Risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad menghimpun semua misi kerasulan dan kenabian sebelumnya. Sekaligus sebagai penutup kerasulan dan kenabian serta menghapus semua kenabian sebelumnya. Artinya, kenabian Rasulullah Muhammad mencakup semua anak manusia di dunia.
Allah berfirman,
"Tidaklah Kami utus engkau kecuali kepada seluruh alam menjadi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan." (Saba': 28)

Risalah Rasulullah adalah untuk semua tempat dan waktu. Oleh sebab itulah, bisa dipastikan bahwa pembawa risalah ini memiliki derajat dan kemampuan yang sanggup untuk membawa risalah tersebut yang Allah pilih dengan kelebihan-kelebihan khusus.
Keutamaan-keutamaan Nabi Muhammad saw adalah sebagai berikut.
1. Allah memilihnya dari bangsa Arab yang merupakan bangsa pertengahan. Beliau dijadikan dari tengah-tengah orang Quraisy yang merupakan kabilah paling utama di kalangan Arab. Sedangkan, nasabnya berasal dari yang paling mulianya golongan Quraisy yakni Bani Hasyim.
2. Negerinya berada di tengah-tengah yang memungkinkan dakwah menyebar ke segala penjuru.
3. Allah memilihnya dari satu umat yang sedikit nabi-nabinya sehingga beliau memiliki nilai yang demikian tinggi.

Permintaan Penghuni Neraka Kepada Allah

Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin diceritakan bahwa penghuni neraka itu mengeluh selama seribu tahun, namun keluhannya itu tidak diperhatikan sama sekali, kemudian mereka berkata:
"Sewaktu di dunia jika kita sabar niscaya kita mendapat keringanan." Maka mereka pun bersabar selama 1000 tahun, namun siksaan itu sama sekali tidak diperingan.
Mereka lantas berkata: "Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri."
Mereka lantas memohon kepada Allah agar diturunkan hujan, maka nampak ada awan merah, dan mereka menyangka bahwa hujan akan turun; namun awan itu menurunkan kalajengking-kalajengking yang besarnya seperti keledai, di mana bila salah seorang di antara mereka itu digigit, maka sakitnya tidak hilang selama 1000 tahun.
Kemudian mereka memohon lagi kepada Allah agar diturunkan gerimis, karena mereka merasa sangat haus dan merasa sangat berat terhadap siksaan. Dengan gerimis itu mereka berharap agar rasa dahaga dan siksaan itu dapat berkurang.
Kemudian mereka melihat ada awan hitam, dan mereka menyangka bahwa itu pertanda akan turun hujan. Namun yang turun bukannya air, tapi ular-ular yang besarnya seperti leher unta, di mana setiap kali ia menggigit, maka sakitnya tidak hilang selama 1000 tahun.

Mencegah Kelebihan Makan

Nabi saw. memberi petunjuk agar kita mencegah 'over dosis' dan makan secara berlebihan sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan. Beliau juga memberikan formula khusus yang harus diperhatikan dalam soal makan dan minum.

Dalam Musnad dan yang lainnya diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,
"Tidak ada 'bencana' yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga sisanya untuk nafasnya." (HR.Tirmidzi & Ibnu Majah)

Makna dan anjuran hadist ini jika dilihat dari segi kedokteran adalah amat baik. Karena berapa banyak penyakit yang disebabkan oleh kelebihan makan, seperti obesitas, kolestrol dan diabetes.

Setiap Penyakit Ada Obatnya

Nabi saw. bersabda,
"Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin Allah." (HR.Muslim & Ahmad)
Rasulullah saw. juga bersabda,
"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya." (Muttafaq 'alaih)

Dua hadist di atas mengandung pengabsahan terhadap adanya sebab musabab dan sanggahan terhadap orang yang menolak kenyataan tersebut. Ungkapan, "Setiap penyakit pasti ada obatnya," artinya bisa bersifat umum sehingga termasuk di dalamnya penyakit-penyakit yang mematikan dan berbagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter karena belum ditemukan obatnya. Padahal Allah telah menurunkan obat setiap penyakit, akan tetapi manusia belum dapat menemukannya, atau Allah belum memberikan petunjuk kepada manusia untuk menemukan obat penyakit itu.

Dan hadist ini juga menjadi penguatan jiwa bagi orang-orang yang sedang sakit untuk tidak berputus asa untuk memperoleh kesembuhannya, karena Allah telah memberikan obat untuk penyakitnya itu.

Semua penyakit dapat disembuhkan, kecuali penyakit tua. Karena masa tua itu adalah masa yang pasti di alami seluruh manusia tanpa terkecuali.

Tidak Membayar Zakat [2]

Meninggalkan Zakat termasuk dosa besar adalah karena Zakat adalah salah satu kewajiban.
Dan juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwa Abu Bakar ra. telah memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat, dan beliau berkata,
"Demi Allah, kalau mereka mencegahku (memungut zakat) seekor anak betina domba (sekalipun) yang dulu mereka bayar kepada Rasulullah saw. niscaya akan aku perangi mereka karena tidak mau membayarnya."

Allah berfirman,
"Sekali-kali janganlah orang-orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah butuk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada Hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran: 180)
Dan dari Nabi saw. tentang orang yang tidak mau membayar zakat, beliau bersabda,
"Barangsiapa yang tidak mau membayarnya, maka kami akan mengambilnya dan setengah dari hartanya; sebagai suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Rabb kami." (HR.Abu Daud)
Rasulullah saw. juga bersabda,
"Tiga orang yang paling pertama masuk neraka: penguasa yang diktator (bengis), orang yang memiliki kekayaan harta tapi dia tidak menunaikan hak Allah dalam hartanya, dan orang fakir yang sombong." (HR.Khuzaimah)

Dan Abdullah ra. berkata,
"Kalian diperintahkan melaksanakan shalat dan membayar zakat, barangsiapa yang tidak membayar zakat, maka shalatnya tidak sah."
"Barangsiapa yang mendirikan shalat dan (tetapi) tidak membayar Zakat, maka dia bukanlah seorang muslim yang amalnya bermanfaat baginya."
(Dalam Targhib wa Tarhib)

Tidak Membayar Zakat

Allah berfirman,
"Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat." (Fushshilat: 6-7)
Allah juga berfirman,
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan (emas perak) itu dalam Neraka Jahannam..." (At-Taubah: 34-35)

Ini adalah ancaman yang sangat keras bagi orang yang tidak mau membayarkan zakat. Dimana Allah mengancamkan bagi mereka dengan adzab yang pedih di hari kiamat kelak.

Nabi saw. bersabda,
"Tidaklah seorang pemilik unta, tidak pula sapi, dan tidak pula kambing, yang tidak membayar zakatnya, melainkan pasti dia akan dicampakkan karenanya di Hari Kiamat di sebuah padang lapang yang datar luas, [di mana hewan-hewan itu akan menyeruduknya dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injaknya dengan kakinya; setiap yang terakhir telah selesai, maka yang pertama kembali lagi (menyeruduk dan menginjaknya)], sehingga usai diputuskannya pengadilan (Allah) di antara manusia, yaitu pada hari yang ukurannya adalah lima puluh ribu tahun, kemudian dia melihat jalannya, baik ke surga atau ke neraka." (HR.Muslim)
"Dan tidaklah seorang pemilik harta simpanan yang tidak menunaikan zakatnya, melainkan pasti hartanya akan dijadikan untuknya serupa seekor ular botak..." Al-Hadist.

Dan kita juga dapat melihat dan ancaman besar kepada orang-orang yang tidak mau menunaikan kewajiban zakat tersebut dari hadist-hadist yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an tersebut.

Bencana Lidah Ketiga & Keempat

- Bencana Lidah Ketiga

Banyak bicara dan memaksakan diri dengan kata-kata bersajak. Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya orang yang paling kubenci dan yang paling jauh jaraknya di antara kalian dengan aku pada Hari Kiamat ialah orang yang akhlaknya buruk di antara kalian, banyak bicara dan banyak berkata-kata."

Memaksakan perkataan dengan kalimat bersajak dan dibuat-buat, tidak terhitung dalam perkataan juru pidato. Pemberian peringatan terkadang memakai kata-kata yang boros dan aneh. Padahal yang dimaksudkan dari peringatan adalah usaha menggugah hati dan bagaimana agar kata-kata itu bisa merasuk ke dalam hati.

- Bencana Lidah Keempat

Bicara keji, suka mencela dan mengumpat. Semua ini tercela dan dilarang, karena merupakan sumber keburukandan kehinaan. Dalam hadist disebutkan,
"Jauhilah perkataan keji, karena Allah tidak menyukai perkataan keji dan mengata-ngatai dengan perkataan keji." (HR.Ahmad & Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Dalam hadist lain disebutkan,
"Orang mukmin itu bukan orang yang suka mencemarkan kehormatan, bukan pula orang yang suka mengutuk, berkata keji dan mengumpat." (HR.Ahmad & Tirmidzi)

Ketahuilah bahwa berkata keji dan mengumpat itu merupakan pengungkapan tentang sesuatu yang dianggap buruk, dengan kata-kata yang langsung dan jelas. Biasanya yang digunakan adalah kata-kata yang berkataan dengan jima'. Orang yang baik-baik tentu akan menghindari penggunaan kata-kata yang buruk seperti itu.

Perumpaan Dilipatgandakannya Pahala Infak

Allah Berfirman,
"Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 261)

Ini merupakan perumpaan yang diberikan Allah Ta'ala mengenai pelipatgandaan pahala bagi orang yang menafkahkan harta kekayaannya di jalanNya dengan tujuan untuk mencari keridhaanNya. Dan bahwasanya kebaikan itu dilipatgandakan mulai dari sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Semua ini berlaku untuk harta yang dinafkahkan di jalan Allah dalam rangka menaatinya. Seperti harta untuk jihad dan ibadah haji.

Perumpaan ini lebih menyentuh jiwa daripada penyebutan bilangan 700 kali lipat, karena perumpaan tersebut mengandung isyarat bahwa pahala amal shalih itu dikembangkan oleh Allah bagi para pelakunya, sebagaimana tumbuh-tumbuhan, tumbuh subur bagi orang yang menanamnya di tanah yang subur.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwasanya ada seseorang laki-laki yang menginfakkan seekor unta yang hidungnya telah diberi tali di jalan Allah. Lalu Rasulullah bersabda,
"Engkau pasti akan datang pada hari Kiamat kelak, dengan tujuh ratus unta yang telah ditali hidungnya." (Diriwayatkan juga oleh Muslim dan Nasa'i)

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda,
"Setiap amal perbuatan anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali kali lipat atau bahkan lebih, sesuai kehendak Allah."

Allah itu Kalam

Allah itu bersifat Kalam (berbicara), mustahil Dia itu bukmun (Bisu).

Kalau Tuhan itu bisu tentu Dia tidak dapat memerintah dengan baik. Oleh karena itu Tuhan mempunya sifat berkata.

Sifat-sifat ini, termasuk sifat Kalam, adalah sifat-sifat yang qadim (terdahulu) yang berdiri atas Dzat yang qadim, yaitu Dzat Allah.
Al-Qur'an itu adalah sifat Allah yang Qadim karena dia (Al-Qur'an) adalah kalamullah, bukan hadist (baru), bukan makhluk, dan bukan ciptaan sebagaimana paham kaum Mu'tazilah.

Adapun yang tertulis dan dibaca yang terletak di atas Mushaf, maka itu adalah gambaran dari al-Qur'an yang qadim itu. Kita tidak boleh mengatakan al-Qur'an itu makhluk, walaupun yang dimaksud perkataan yang tertulis di atas mushaf itu, karena perkataan itu adalah gambaran dari perkataan Allah yang Qadim.

Dan dalil yang menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat Kalam, adalah firmanNya:
"Dan berkata-kata Allah dengan Musa sebenar berkata-kata."

Allah itu Bashar

Allah itu bersifat Bashar (Melihat), mustahi Dia itu Umy' (Buta).

Karena buta atau tidak melihat adalah sifat kekurangan, Maha Suci Allah dari sifat kekurangan.

Kalau Ia buta tentu akan kacau balau segala macam urusanNya.
Tukang sayur, sopir, tukang ojeg saja pasti mencelakan orang lain, kalau mereka buta dan melakukan semua pekerjaan itu, apalagi kalau itu jadi Tuhan.
Allah berfirman,
"Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11).
Dan Allah juga berfirman,
"Apakah mereka mengira bahwa kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka. Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka." (Az-Zukhruf: 80)

Disamping Allah mendengar dan melihat gerak-gerik dari seluruh pekerjaan manusia, Allah juga memerintah dua malaikatNya (Kiraman Katibin) untuk menuliskan amal perbuatan manusia.

Allah itu Sama'

Allah itu Sama' (mendengar), mustahil Dia itu sama (tuli).

Tuli atau tidak mendengar adalah sifat kekurangan. Tidak masuk akal kalau Tuhan mempunyai sifat kekurangan.

Jadi Raja saja tidak mungkin orang yang tuli, apalagi jadi Tuhan. Tuhan itu Maha Melihat dan Maha Mengetahui, melihat semuanya dan mengetahui semuanya, tidak ada sesuatu sekecil apapun baik yang terlihat oleh mata manusia maupun tidak yang tersembunyi bagiNya. Karena itu janganlah berbuat dosa dan maksiat terhadapNya, baik saat sedang sendirian maupun di tempat yang ramai, karena dia Tuhan satu-satunya yaitu Allah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar semuanya itu.
Karena Allah berfirman,
"Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Asy-Syura: 11)

Apa Itu Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah artinya Penganut Sunnah Nabi saw.
Wal Jama'ah artinya Penganut i'tiqad (keyakinan) seluruh sahabat-sahabat Nabi saw.
Jadi, Kaum Ahlussunnah wal jama'ah ialah kaum yang menganut i'tiqad sebagaimana i'tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad saw. dan Sahabat-sahabatnya.

I'tiqad Nabi dan sahabat-sahabat itu telah termaktud dalam al-Qur'an dan dalam Sunnah Rasul secara tercecer, belum tersusun secara rapi dan teratur, tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama Ushuluddin yang besar, bernama Imam Abu Hasan Ali al-Asy'ari (Lahir di Bashrah tahun 260 Hijriah, wafat di Bashrah juga pada tahun 324 H)

Karenaa itu segolongan orang memberi nama kepada kaum Ahlussunnah wal Jama'ah dengan kaum Asya'irah, jamak dari Asy'ari, dikaitkan kepada Imam Abu Hasan Ali al-Asy'ari tersebut.

Dalam kitab-kitab ushuluddin biasa juga dijumpai perkataan "Sunni", kependekkan Ahlussunnah wal Jama'ah, orang-orangnya dinamai "Sunniyun".

Disebutkan dalam kitab 'Ihtihaf Sadatul Muttaqin syarah Ihya Ulumuddin' karangan Imam az-Zabidi,
"Apabila disebut kaum Ahlussunnah wal Jama'ah, maka maksudnya ialah orang-orang yang mengikuti rumusan (pemahaman) Asy'ari dan paham al-Maturidi."
Siapa al-Maturidi?
Dia Imam Abu Mansur al-Maturidi adalah seorang ulama Ushuluddin juga, yang paham dan i'tiqadnya sama atau hampir sama dengan Abu Hasan al-Asy'ari. Beliau wafat di sebuah desa bernama Maturidi Samarkand, di Asia Tengah pada tahun 333 H, 9 tahun setelah wafatnya Imam Abu Hasan al-Asy'ari.

Sudah menjadi adat kebiasaan dalam dunia islam, bahwa hukum-hukum agama yang digali dari Qur'an dan Hadist oleh seorang Imam, maka hukum itu dinamai "Madzhab". Seperti Ijtihad Imam syafi'i dalam fiqih dinamai Madzhab syafi'i, Ijtihad Imam Asya'ri dalam i'tiqad dinamakan Madzhab Asya'ri. Dan semua itu hukum-hukumnya di ambil dari Al-Qur'an dan Al-Hadist juga.

Tobat [1]

Tobat ialah meninggalkan sesuatu yang tercela menurut syara' menuju sesuatu yang terpuji menurut syara' dan mengetahui bahwa dosa-dosa dan maksiat menimbulkan kebinasaan dan menjauhkan dari Allah dan surgaNya, sedangkan meninggalkan semua itu berarti mendekatkan kepada Allah dan surgaNya.
Allah berfirman,
"Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur: 31)
Rasulullah saw. bersabda,
"Allah lebih gembira terhadap tobat hambaNya daripada seseorang di antara kamu yang mendapatkan untanya telah hilang di gurun sahara.

Dalam suatu Atsar dikatakan,
"Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak berdosa dan orang yang minta ampun atas dosanya sedangkan ia tetap melakukan dosa itu, maka ia seperti orang yang mengejek Tuhannya." (HR.Baihaqi & Ibnu Asakir)
Itulah sebabnya dikatakan: "Istighfar dengan lisan adalah tobat para pendusta."

Nabi saw. bersabda,
"Penyesalan itu tobat dan orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak berdosa." (HR.Thabrani)
Tanda penyesalan yang benar ialah kelembutan hati dan air mata yang mengucur dengan deras. Itulah sebabnya diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: "Duduklah kalian dengan orang-orang yang bertobat, karena mereka paling lembut hatinya."

Apa Saja Yang Terlarang Bagi Wanita Haid dan Wanita Nifas

Hal-hal berikut dilarang dilakukan wanita haid, dan wanita nifas:
1. Melakukan hubungan suami-istri, karena Allah berfirman,
"Oleh sebab itu, hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kalian mendekati mereka, sebelum mereka suci (mandi)." (Al-Baqarah: 222)

2. Shalat dan puasa. Hanya saja puasa tetap diganti setelah keduanya suci, dan shalat tidak diganti, karena dalil-dalil berikut:
Rasulullah saw. bersabda,
"Bukankah jika wanita itu haid, maka ia tidak shalat, dan tidak puasa?" (HR.Bukhari)
Ucapan Aisyah ra., "Jika kami menjalani haid pada zaman Rasulullah saw. maka kami diperintahkan mengganti puasa, dan tidak diperintahkan mengganti shalat." (HR.Bukhari)

3. Berdiam diri di masjid, karena Nabi saw. bersabda,
"Aku tidak menghalalkan masjid untuk wanita haid dan orang yang sedang dalam keadaan junub." (HR.Abu Daud)

4. Membaca al-Qur'an, karena Rasulullah saw. bersabda,
"Orang yang sedang junub dan wanita haid tidak boleh membaca apa pun dari al-Qur'an."

5. Perceraian. Wanita haid tidak boleh dicerai, namun harus ditunggu hingga ia suci, dan sebelum digauli, karena diriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar ra. menceraikan istrinya dalam keadaan haid, kemudian Rasulullah saw. menyuruh rujuk dengan istrinya, dan menahannya hingga suci." (HR.Bukhari)

Dengan Apa Kesucian Wanita Bisa Diketahui?

Kesucian wanita bisa diketahui dengan salah satu dari dua hal:
1. Cairan Putih yang keluar setelah kesuciannya.
2. Kering. Wanita memasukkan kapas ke vaginanya kemudian mengeluarkannya dalam keadaan kering tanpa darah. Ia melakukan seperti itu sebelum tidur, dan sesudahnya untuk mengetahui apakah ia telah suci atau belum?

Bencana Lidah Kedua

Melibatkan dari dalam kebatilan, yaitu ikut dalam pembicaraan tentang kedurhakaan, seperti ikut serta di tempat kumpul untuk minum khamr dan tempat berhimpunnya orang-orang fasik. Macam-macam kebatilan ini banyak.
Nabi saw. bersabda,
"Sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang menjerumuskan ke dalam neraka, yang jaraknya lebih dari jarak antara timur dan barat." (Muttafaq 'alaih)

Yang mirip dengan itu adalah perdebatan dan adu mulut, banyak menyerang orang lain untuk membuka kesalahan dan keburukan-keburukannya. Yang mendoron seseorang berbuat seperti ini adalah merasa dirinya hebat.

Memang seseorang harus mengingkari kemungkaran dengan perkataannya dan menjelaskan mana yang benar. Dia melakukan hal itu jika orang yang dihadapi mau menerimanya. Jika tidak, ia tidak perlu meradang. Ini jika urusannya berkaitan dengan agama. Jika masalahnya berkaitan dengan keduniaan, maka ia tidak perlu mendebatnya. Cara mengobati penyakit ini ialah dengan menundukkan kesombongan yang merasa dirinya lebih utama. Yang lebih besar dari perdebatan ialah pertengkaran.
Nabi saw. bersabda,
"Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang keras lagi suka bertengkar." (Muttafaq 'alaih)

Maksud bertengkar di sini ialah bertengkar secara batil atau tanpa dilandasi pengetahuan. Sedangkan orang yang mempunyai hak untuk bertengkar, maka sebaiknya dia berusaha untuk menghindari pertengkaran. Sebab pertengkaran itu bisa membuat dada terasa panas, amarah mendidih, menimbulkan kedengkian dan bisa melanggar kehormatan.

Bencana Lidah Pertama

Perkataan yang tidak dibutuhkan. Ketahuilah bahwa siapa yang mengetahui waktunya, yang merupakan modal pokoknya, tidak akan membelanjakannya kecuali untuk hal-hal berfaidah. Pengetahuan seperti ini mengharuskannya untuk menahan lidahnya dari perkataaan yang tidak dibutuhkan. Sebab siapa yang meninggalkan dzikir kepada Allah dan sibuk dengan hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan, maka dia seperti orang yang mampu mengambil mutiara, tetapi justru dia mengambil sekepal tanah sebagai gantinya. Tentu ini merupakan kerugian besar bagi hidupnya.
Nabi saw. bersabda,
"Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak diperlukannya." (HR.Tirmidzi)

Luqman al-Hakim pernah ditanya seseorang, "Apa yang membuatnya bisa mendapatkan hikmah itu?" dia menjawab, "Aku tidak menanyakan sesuatu yang kuanggap cukup dan aku tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu."
Diriwayatkan bahwa suatu hari dia mendatangi tempat tinggal Daud as. yang sedang menyelesaikan perbuatan baju besi. Luqman merasa takjub terhadap apa yang dilihatnya, lalu dia ingin menanyakan hal itu. Namun hikmahnya melarang untuk bertanya. Setelah itu Daud menyelesaikan pekerjaannya, beliau bangkit dan mengenakan baju besi itu, sambil berkata, "Sebaik-baik baju besi ialah untuk perang."
Maka luqman berkata, "Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya."

Total Pengunjung

Powered by Blogger.

Pencarian